Mohon tunggu...
Dadan Wahyudin
Dadan Wahyudin Mohon Tunggu... wiraswasta -

Gembala sapi, suka bahasa dan menulis. Mengagumi keindahan natural. Lahir di Pagaden, Tinggal di Bandung, Garut Jurusan busnya, Hobi Makan dan Jalan-jalan di Cianjur \r\n

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Nostalgia di Stasiun Pagaden

28 April 2011   06:06 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:18 880
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13508448351112258871

[caption id="attachment_105031" align="alignleft" width="300" caption="Nostalgia 30 tahun lalu"][/caption] Di kota kelahiran dan dibesarkanku, tak jauh dari kediamanku ada stasiun boleh dikatakan terbesar di Kabupaten Subang, yakni Stasiun Pagaden baru (+27 m di atas permukaan laut). Stasiun Pagadenbaru menurut saya amat strategis, bisa menghubungkan kota Subang terus menuju Bandung ibukota Jawa Barat.  Secara Operasional stasiun ini termasuk wilayah kerja Daops 3 Cirebon. Stasiun Pagaden dulu dizaman Belanda merupakan stasiun besar.  Menurut kawan kompasianer Adhitya Hatmawan kebesaran itu tampak masih ada sisa menara air di sekitar kompleks untuk lokomotif uap. Ketika Perusahaan Pamanoekan & Tjiasemlanden (P & TLands) masih ada, ada jalur ketreta menghubungkan Subang-Pagaden-Pamanukan.  Sayangnya saat dinasionalisasi oleh pemerintah RI tahun 1957-1958, jalur kereta api milik P & T dicabut dan dibongkar. Sisa-sisa kejayaan itu masih tampak lainnya yang saya saksikan sendiri adalah puing-puing bekas Gudang Perkebunan PT. PPN.  Sepertinya hasil bumi daerah Subang seperti teh, karet dan kini tebu, mungkin diangkut dari gudang ini menuju pelabuhan laut Jakarta atau Cirebon, yang selanjutnya dibawa ke daerah Eropah.  Buktinya ada dua rel menghubungkan gudang PT. PPN, dan satu lagi ke stasiun pengisian bahan bakar (BBM) yang konon pernah terbakar.   Pengangkatan tangki BBM di dasar tanah saya menyaksikan sendiri ketika dibongkar dan dipindah ke daerah lain.  Setidaknya ada 4 tangki besar di dalam tanah turut diangkat. Stasiun Pagaden dulu dilengkapi oleh depo etmpat pemutaran kepala lokomotif yang sudah tidak digunakan lagi.  Kemudian dilengkapi gudang pupuk Sriwijaya (Pusri) yang kini masih aktif.  Pupuk ini didistribusikan untuk kaum petani di pelosok Kabupaten Subang sebagai sentra pertanian khususnya padi. [caption id="attachment_205303" align="alignright" width="300" caption="Pemancar stasiun pagadenbaru, menjulang (dadan w/panoramio.com)"][/caption] Satu lagi menjadi simbol kebesaran masih dijumpai hingga kini yaitu  menara (pemancar) cukup tinggi lebih tinggi dari menara sama di stasiun kota besar lainnya yang saya ketahui.  Kira-kira lebih dari 70 meter menjulang ke atas langit.  Kini dilengkapi oleh beberapa parabola untuk keperluan komunikasi. Sayangnya, Kereta api yang melintas stasiun Pagadenbaru hanya beberapa  kereta api kelas ekonomi, padahal lalu lintas ini dilewati oleh sejumlah kereta api jalur utara  seperti: KA Tegal Arum (Jakarta Kota -Tegal), Tawang Jaya (Jakarta Senen- Semarang), Kutojaya Utara (jakarta Tanah Abang -Kutoarjo), Progo (Senen - Lempuyangan), Senja Bengawan (Jakarta-Solo Jebres), Brantas (Jakarta-Kediri), Kertajaya (Jakarta-Surabaya), Gaya Baru Malam (Jakarta -Surabaya). Di samping itu, jadi perlintasan kereta mewah seperti KA Argo Bromo, KA Bima, KA Argo Muria, dsb. Banyak tempat di sudut stasiun menjadi saksi bisu saya pernah dibesarkan di sini.  ***

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun