[caption id="attachment_212364" align="alignleft" width="130" caption="Berdo'a dan tetap tenang. "][/caption] Hari Minggu, 25 Juli 2010, kami melakukan wisata ke Ciater, Kab. Subang. Berangkat dari arah Bandung. Pemandian Ciater terkenal dengan pesona air panasnya, bungalow, wisata air, outbon, keelokan dan kesejukkan alamnya. Begitu bus sukses mendaki hutan pinus Tangkubanparahu, tepat di perbatasan Kab. Bandung Barat - Kab, Subang, tepatnya di gerbang obyek wisata Gn Tangkubanparahu bus meluncur menuruni turunan hebat dan dibalut kabut pekat. [caption id="attachment_212339" align="alignleft" width="104" caption="Posisi tanjakan Emen dengan elevasi 50 derajat (Foto: google.com)"][/caption] Di sinilah turunan atau tanjakan Emen (kalo dari arah Subang) berada. Kata "Emen" menjadi legenda di kalangan supir atau warga sekitar. Diapit dua obyek wisata, yakni Tangkubanparahu dan pemandian Ciater yang masuk wilayah Kab Subang. Menurut cerita di kalangan warga, alkisah Emen dikenal supir pemberani.  Emen mengemudikan oplet jurusan Bandung-Subang mengalami naas saat mengangkut ikan asin dari Ciroyom Bandung menuju Subang di tahun 1964. Kendaraanya terbalik dan terbakar. Naas bagi Emen, dia terbakar hidup-hidup hingga tewas. Konon saat itu, Emen lah dikenal satu-satunya sopir berani mengemudikan kendaraan di malam hari. Kini petaka sering terjadi di tanjakan ini. Kejadian rem blong, bus tergelincir dan kendaraan terperosok kerap terjadi di jalur ini. Begitu juga menurut pengakuan warga, kejadian aneh-aneh seperti mogok disertai kesurupan  sering dialami sopir atau penumpangnya. Anehnya, kendaraan yang mogok terjadi apabila seseorang yang melalui jalan itu bersikap sompral dan sombong. [caption id="attachment_212342" align="alignleft" width="103" caption="Kerap terjadi kecelakaan di tanjakan ini (Foto: google.com)"][/caption] Menurut kepercayaan warga, kejadian itu hilang begitu saja, kala sebatang rokok dinyalakan dan dilempar ke pinggir jalan sebagai simbol memberikan rokok kepada arwah Emen. Konon dulunya, Emen amat gandrung merokok saat mengemudi. Pangkal penyebab kecelakaan ini sebenarnya posisi turunan atau tanjakan Emen terbilang cukup ekstrim. Dengan kemiringan sekitar 45-50 derajat sepanjang kurang lebih 2-3 km ini jalan ini memiliki tikungan tajam memaksa supir piawai dan ekstra hati-hati memegang kemudi. Kini tanjakan Emen telah diperlebar. Dua jalur menanjak dan satu lajur menurun. Dua lajur menanjak memberi kesempatan bagi pengemudi berkonsentrasi menjaga laju kendaraannya saat mendaki. Sementara satu lajur menurun agar supir tetap berhati-hati menjaga keseimbangan gas dan rem sehingga mobil tetap terkendali. Kini di sepanjang tanjakan ini sudah tidak sesunyi dulu. Selain ramai penjaja makanan, juga bengkel darurat pun tersedia, seperti servis kopling, rem, bensin atau tambal ban. Percaya atau tidak misteri tanjakan Emen, terserah pembaca...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H