[caption id="attachment_180407" align="alignleft" width="300" caption="Ayah dan Ibu saat di Tanah Suci ditemani salah satu menantunya (2005)"][/caption] BISA berziarah ke Tanah Suci adalah impian umat muslim. Di kampungku, orang yang berangkat haji biasanya juragan beras atau pemilik toko material alias orang kaya. Bagi orang-orang kurang mampu atau pas-pasan, bermimpi pun rasanya tidak pede. Tapi tidak bagi Ayah. Sering kujumpai Ayah menyempatkan berdoa di keheningan malam memohon agar bisa diberi kesempatan menunaikan Rukun Islam yang kelima itu. Keyakinan itu tertancap di hati Ayah. Seri terakhir dari "Uniknya Menabung ala Ayahku" (I) dan "Rahasia Hebat Ibuku." (II) Semoga menginspirasi. SEORANG tukang cukur tradisional dengan beban delapan anak yang harus diberi makan, disekolahkan, dan diberi baju, bermimpi ke Tanah Suci, rasanya sesuatu hal yang mustahil. Tak terkecuali di mata para tetangga baik secara logika maupun matematis. Bahkan tak segan ada beberapa yang menyindirnya sebagai pungguk merindukan bulan. Tetapi tidak bagi Allah SWT. Apa pun yang dikehendaki-Nya, kun fayakun, jadi maka jadilah. Bila membaca artikel sebelumnya, dengan bergelut dalam keterbatasan, pada akhirnya Ayah berhasil menyekolahkan anak-anaknya. Rupanya Alloh SWT memberi jalan melalui anak-anaknya. Setelah tiga keluarga anaknya lebih dulu menunaikan ibadah haji, di awal tahun 2005 bersama keluarga anaknya yang keenam, Ayah dan Ibu menyusul memenuhi panggilan sebagai tamu Allah SWT. Tentu ini karunia yang luar biasa. Rahmat dan kenikmatan diberikan Allah SWT pada hamba yang dikehendaki-Nya. Untuk urusan ONH, Ayah tidak mengeluarkan uang sepeser pun. Untuk memberangkatkannya, kami berinisiatif menyodorkan sirkulir secara sukarela dan terkumpul dana yang cukup untuk ONH berdua. Dengan cara ini, besar atau kecil, semuanya diharapkan bisa berpartisipasi. Di Tanah Suci pun, Ayah dan Ibu merasa nyaman, karena ditemani keluarga salah satu anaknya. Kemudian disusul keluarga anaknya yang ketujuh di tahun 2006 dan insya Allah disusul yang lainnya. Berani bermimpi tentu sah-sah saja. Keyakinan dan kehebatan do'a ternyata mengantarkan Ayah dan Ibu bisa mewujudkan mimpinya. Banyak cara menjadi jalan bagi orang sampai ke Tanah Suci. Mungkin banyak di antara tetangganya hampir tidak percaya, tapi bagi Alloh SWT sesuatu serba mungkin. Jangan takut untuk bermimpi! (**)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H