[caption id="attachment_110430" align="alignleft" width="300" caption="Bus mendapat saingan moda darat lainnya: travel dan kereta api"][/caption] oleh: Dadan wahyudin Sebelum jalan tol Padaleunyi diresmikan, pada saat saya sekolah di SMA (1988) sambil menunggu menunggu bus DAMRI di bunderan Jalan Elang atau shelter Cijerah (dulu bus kota Cicaheum-Cibeurem lewat Pal 3/Jalan Sudirman) banyak bus antar kota antar provinsi (AKAP) berasal dari daerah Banjar tujuan Jakarta.  Begitu pula di bunderan Cibiru, bus-bus jurusan ini turut meramaikan bunderan Cibiru tempo dulu untuk tujuan Jakarta via Cianjur, sebagian lagi melalui Purwakarta. Saya perhatikan hampir satu menit sekali, bus-bus milik perusahaan otobis seperti: Merdeka, Bahagia Utama, Gagak Rimang, Gapuraning Rahayu, Aladin, Suka, Harum, Waspada, dan lain-lain merayap Jalan By Pass Soekarno-Hatta menyusuri Jalan By Pass menuju kota Cimahi, dan sebagian lagi menuju terminal Cicaheum, Bandung. Akan tetapi, sudah hampir 1 tahun sekarang ini, saya banyak melakukan aktivitas menggunakan bus umum. Dalam kurun waktu 1 tahun pula, tidak pernah menjumpai bus-bus milik PO di atas yang dulu pernah meramaikan Jalan ByPass di medio 1990-an. Saya kawenehan (kebetulan) naik bus Jurusan Banjar-Jakarta di Cianjur sebulan lalu untuk tujuan Cleunyi dalam setahun ini hanya 1x. Bus yang dulu tampak gagah, kini warnanya pun kian memudar. Warna biru yang dulu dicat metalik, kini tampak seadanya.  Dan bus itu dikemudikan oleh seorang sopir yang sudah tampak sepuh. Fenomena setali tiga uang, tampaknya generasi bus PO Aman Sejahtera dan Bijaksana melayani trayek Bandung-Majalengka dan Kuningan atau trayek Bandung-Cirebon, bus JS dan DS atau Bukit Mulya begitu familiar saat saya tinggal di Ujungberung kini sudah tak lagi tampak. Di pintu tol Cileunyi menjumpai bus milik perusahaan yang dulu malang melintang asal Banjar kian sulit. Kalo dari Bandung, bus Aladdin dengan penumpang amat minim masih setia melayani trayek lintas selatan ini. Padahal dulu bus jurusan Banjar amat melimpah bahkan tak heran sering saling susul menyusul. Praktis, perempatan tol Cileunyi kini milik bus Karunia Bakti (Garut-Jakarta) dan Doa Ibu (Jurusan Tasik-Jakarta) ngetem setia menunggu penumpang tradisional Jurusan Cianjur-Puncak-Ciawi. Sisanya bus PATAS via Cipularang  dari terminal Sumedang. Dunia memang terus berputar. Adakalanya manusia maupun perusahaan tumbuh lalu redup dan mati. Kemudian berganti perusahaan bus lain. Untuk wilayah Priangan Timur, kini bus-bus asal terminal Tasikmalaya dan terminal Garutlah naik daun. Kehadiran PO Budiman (relatif baru) berbasis di Tasikmalaya mampu mengisi kekosongan bus era generasi lalu dengan menjelajah ke kota-kota kecamatan seperti: Pangandaran, Karangpucung, Kawalu cukup meramaikan moda transportasi di Priangan Timur ini. Budiman pun menggarap angkutan wilayah Jawa Tengah seperti: Purwokerto, Wonosobo, Cilacap, Yogyakarta hingga Solo. Begitupula PO Primajasa mengambil-alih peran mengisi jalur lalu-lintas daerah Priangan ke Ibukota dengan mengambil akses jalur tol baik di terminal Leuwipanjang, Bandung maupun di Pintu Tol Cileunyi (berasal dari Garut/Tasik). Rupanya kita tak bisa menutup muka, bahwa pasca reformasi tahun 1998, di mana daya beli masyarakat menurun, rupiah terperosok, membuat suku cadang kendaraan naik, membuat pemilik perusahaan otomotif kolaps kena dampaknya. Bagi juragan angkutan kota, gempuran kepemilikan sepeda motor cukup mudah membuatnya oleng.  Tingkat keterisian angkutan kota cukup rendah, suku cadang tinggi dan biaya hidup makin tinggi, membuat banyak juragan angkot yang bangkrut. Begitu pun pemilik perusahaan otobis, selain digempur harga suku cadang, BBM dan biaya hidup, persaingan dengan moda transportasi sejenis seperti: maraknya angkutan travel menjadi pesaing serius bagi pemilik PO. Belum lagi perusahaan moda darat lainnya PT. KAI, selain trayek bersaing, juga fasilitas dan harga kompetitif. Beruntung, pada akhirnya PO Bus Do'a Ibu dan Budiman, selayang pandang sesekali tampak meluncur di pintu tol Cileunyi mengambil alih trayek Banjar tujuan Jakarta.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H