Mohon tunggu...
Dadan Wahyudin
Dadan Wahyudin Mohon Tunggu... wiraswasta -

Gembala sapi, suka bahasa dan menulis. Mengagumi keindahan natural. Lahir di Pagaden, Tinggal di Bandung, Garut Jurusan busnya, Hobi Makan dan Jalan-jalan di Cianjur \r\n

Selanjutnya

Tutup

Otomotif

Apa kabar Bus AKAP Jurusan Banjar?

26 Mei 2011   02:13 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:13 6802
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Otomotif. Sumber ilustrasi: FREEPIK

[caption id="attachment_110430" align="alignleft" width="300" caption="Bus mendapat saingan moda darat lainnya: travel dan kereta api"][/caption] oleh: Dadan  wahyudin Sebelum jalan tol Padaleunyi diresmikan, pada  saat saya sekolah di SMA (1988) sambil menunggu menunggu bus DAMRI  di bunderan Jalan Elang atau shelter Cijerah (dulu bus kota Cicaheum-Cibeurem lewat Pal 3/Jalan Sudirman) banyak bus antar kota antar provinsi (AKAP) berasal dari daerah Banjar tujuan Jakarta.   Begitu pula di bunderan Cibiru, bus-bus jurusan ini  turut meramaikan bunderan Cibiru tempo dulu untuk tujuan Jakarta via Cianjur, sebagian lagi melalui Purwakarta. Saya perhatikan hampir satu menit sekali, bus-bus milik perusahaan otobis seperti:  Merdeka, Bahagia Utama, Gagak Rimang, Gapuraning Rahayu, Aladin, Suka, Harum, Waspada, dan lain-lain merayap Jalan By Pass Soekarno-Hatta menyusuri Jalan By Pass menuju kota Cimahi, dan sebagian lagi menuju terminal Cicaheum, Bandung. Akan tetapi, sudah hampir 1 tahun sekarang ini, saya banyak melakukan aktivitas menggunakan bus umum.  Dalam kurun waktu 1 tahun pula, tidak pernah menjumpai bus-bus milik PO di atas yang dulu pernah meramaikan Jalan ByPass di medio 1990-an.  Saya kawenehan (kebetulan)  naik bus  Jurusan Banjar-Jakarta di Cianjur  sebulan lalu untuk tujuan Cleunyi dalam setahun ini hanya 1x.  Bus yang dulu tampak gagah, kini warnanya pun kian memudar.  Warna biru yang dulu dicat metalik, kini tampak seadanya.   Dan bus itu dikemudikan oleh seorang sopir yang sudah tampak sepuh. Fenomena setali tiga uang, tampaknya generasi  bus PO Aman Sejahtera dan Bijaksana melayani trayek Bandung-Majalengka dan Kuningan atau trayek  Bandung-Cirebon, bus JS dan DS atau Bukit Mulya begitu familiar saat saya tinggal di Ujungberung  kini sudah tak lagi tampak. Di pintu tol Cileunyi menjumpai bus milik perusahaan yang dulu malang melintang asal Banjar  kian sulit.  Kalo dari Bandung, bus Aladdin dengan penumpang amat minim  masih setia melayani trayek lintas selatan ini. Padahal dulu  bus jurusan Banjar amat  melimpah bahkan tak heran sering saling susul menyusul. Praktis, perempatan tol  Cileunyi kini  milik bus Karunia Bakti (Garut-Jakarta) dan Doa Ibu (Jurusan Tasik-Jakarta)  ngetem setia menunggu penumpang tradisional Jurusan Cianjur-Puncak-Ciawi.  Sisanya bus PATAS via Cipularang   dari terminal Sumedang. Dunia memang terus berputar. Adakalanya manusia maupun perusahaan tumbuh lalu redup dan mati.  Kemudian berganti perusahaan bus lain.  Untuk wilayah Priangan Timur, kini bus-bus asal terminal  Tasikmalaya dan terminal  Garutlah naik daun. Kehadiran PO Budiman (relatif baru) berbasis di Tasikmalaya mampu mengisi kekosongan bus era generasi lalu dengan  menjelajah ke kota-kota kecamatan seperti: Pangandaran, Karangpucung, Kawalu cukup meramaikan moda transportasi di Priangan Timur ini. Budiman pun menggarap  angkutan wilayah Jawa Tengah seperti: Purwokerto, Wonosobo, Cilacap, Yogyakarta hingga Solo. Begitupula PO Primajasa mengambil-alih peran mengisi jalur lalu-lintas daerah  Priangan ke Ibukota dengan mengambil akses jalur tol baik di terminal Leuwipanjang, Bandung  maupun  di Pintu Tol Cileunyi (berasal dari Garut/Tasik). Rupanya kita tak bisa menutup muka, bahwa pasca reformasi tahun 1998, di mana daya beli masyarakat menurun, rupiah terperosok, membuat  suku cadang kendaraan naik, membuat pemilik perusahaan otomotif kolaps kena  dampaknya.  Bagi juragan angkutan kota, gempuran kepemilikan sepeda motor cukup mudah membuatnya oleng.   Tingkat keterisian angkutan kota cukup rendah, suku cadang tinggi dan biaya hidup makin tinggi, membuat banyak juragan angkot yang bangkrut. Begitu pun pemilik perusahaan otobis, selain digempur harga suku cadang, BBM dan biaya hidup,  persaingan dengan moda transportasi sejenis seperti: maraknya angkutan travel menjadi pesaing serius bagi pemilik PO.  Belum lagi perusahaan moda darat lainnya PT. KAI, selain trayek bersaing, juga fasilitas dan harga kompetitif. Beruntung, pada akhirnya  PO Bus Do'a Ibu dan Budiman, selayang pandang  sesekali tampak meluncur di pintu tol Cileunyi mengambil alih trayek Banjar tujuan Jakarta.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun