Mohon tunggu...
Dadan Wahyudin
Dadan Wahyudin Mohon Tunggu... wiraswasta -

Gembala sapi, suka bahasa dan menulis. Mengagumi keindahan natural. Lahir di Pagaden, Tinggal di Bandung, Garut Jurusan busnya, Hobi Makan dan Jalan-jalan di Cianjur \r\n

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

11-11-11, Selamat Ultah Ke-47 Yon II/Unpad

11 November 2011   02:35 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:48 379
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Badan Persiapan Pembentukan Resimen Serba Guna Mahasiswa Daerah Militer VI/Siliwangi menyeleksi calon kader yang berasal dari 29 perguruan tinggi di Jawa Barat. Dari 25.000 orang yang diseleksi kesehatannya, hanya 4.969 orang yang memenuhi syarat untuk mengikuti pendidikan calon anggota Resimen Serba Guna Mahasiswa. Selebihnya yang tidak lolos seleksi atau sekitar 20.000 orang akan ditampung di dalam batalyon-batalyon mahasiswa Pertahanan Sipil.

Organisasi Resimen Serba Guna Mahasiswa rencananya disusun sebagai berikut: 1 staf resimen, 1 kompi markas resimen, 4 batalyon di Bandung, 1 batalyon di Bogor, serta 1 batalyon gabungan mahasiswa Banten, Tasikmalaya, dan Cirebon. Awalnya baru terbentuk 1 batalyon di Bandung yang dipimpin oleh Kapten Ojik Soeroto. Batalyon I Resimen Serba Guna Mahasiswa terdiri dari empat kompi. Kompi I dan II beranggotakan mahasiswa Institut Teknologi Bandung, Kompi III beranggotakan mahasiswa Universitas Padjadjaran, dan Kompi IV beranggotakan mahasiswa Universitas Parahyangan dan akademi negeri. Dalam kompi-kompi tersebut, semua jabatan mulai dari wakil komandan regu sampai dengan komandan kompi dipegang oleh mahasiswa.

Selain itu disusun pula kompi-kompi pelatih untuk melatih anggota batalyon-batalyon mahasiswa Pertahanan Sipil. Hal ini mencerminkan kepercayaan pemerintah terhadap kemampuan anggota Resimen Mahasiswa untuk menjalankan pelatihan dasar-dasar kemiliteran bagi sesama mahasiswa.

[caption id="attachment_141570" align="alignleft" width="629" caption="Saat Kompi W, Pasukan Khusus Pembawa Tunggul Batalyon di Ultah ke-30 (1994)"][/caption] Secara bertahap kompi-kompi yang berkedudukan di Bandung ditingkatkan menjadi batalyon. Untuk meningkatkan Kompi III Universitas Padjadjaran menjadi batalyon, diperlukan tambahan anggota. Untuk itu dilakukan perekrutan dan pelatihan kader yang berlangsung dalam tiga gelombang pendidikan. Gelombang pertama pendidikan kader dilakukan pada Agustus 1964 dengan siswa sebanyak 50 mahasiswa dari Fakultas Kedokteran. Mereka dilatih oleh sebuah tim pelatih dari Pusat Pendidikan Infanteri (Pusdikif), Bandung.

Gelombang kedua pendidikan kader dilakukan pada September 1964 dengan peserta sebanyak 30 mahasiswa putri dari berbagai fakultas. Mereka dilatih di Pusat Pendidikan Korps Wanita Angkatan Darat (Pusdik Kowad) di daerah Lembang. Para kader putri tersebut akan menjadi pasukan pertama untuk kompi putri dari Batalyon Resimen Mahasiswa Universitas Padjadjaran.

Gelombang ketiga pendidikan kader dilakukan pada Oktober 1964 dengan peserta sebanyak 101 mahasiswa dari sembilan fakultas. Mereka dilatih oleh tim pelatih dari Pusdikif. Kompi kader ini kelak mendapat sebutan “Panitia Sembilan” karena anggotanya yang berasal dari sembilan fakultas tersebut.

Pada 11 November 1964 dilakukan penggabungan seluruh kader dari tiga gelombang pendidikan dengan anggota eks-Wajib Latih 1959. Kader putera dikelompokkan ke dalam Kompi A, dan kader puteri ke dalam Kompi B yang merupakan kompi khusus anggota puteri. Pasukan hasil penggabungan tersebut menjadi inti Batalyon II Universitas Padjadjaran. Peristiwa penggabungan pasukan tersebut seterusnya diperingati sebagai hari jadi Batalyon II Universitas Padjadjaran Resimen Mahasiswa Mahawarman.

Peresmian dan penyerahan Tunggul (bendera) Batalyon II Universitas Padjadjaran dilakukan pada 24 September 1965. Dalam upacara di halaman depan Universitas Padjadjaran, sebelum diserahkan oleh Jenderal A.H. Nasution, Tunggul dipegang oleh ajudannya, Letnan Satu Pierre Tendean, yang seminggu kemudian menjadi korban dalam peristiwa G-30-S-PKI. Menko Hankam/KASAB Jenderal A.H. Nasution menyerahkan Tunggul kepada Wakil Komandan Batalyon II Universitas Padjadjaran, Nugraha Besoes. ***

*) diambil dari tulisan Ristadi, WK (Danyon II/1995-1996) (**)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun