[caption id="attachment_102514" align="alignleft" width="300" caption="Nasabah sedang mengunjungi ATM "][/caption] Kasus penipuan marak di negeri kiat. Banyak orang "kreatif" (tanda petik) berusaha mengail di air keruh dengan memanfaatkan kepanikan, keluguan dan kepolosan orang lain. Yang ditipu bukan masyarakat awam saja, kini orang terpelajar pun banyak yang menajdi korban ulah sang "oknum" ini.
Kasus penipuan mengatasnamakan undangan seminar ke Bali, membantu melicinkan naik jabatan atau pegawai, atau memberi hadiah kendaraan, korbannya tentu bukan lagi orang awam, tapi orang-orang berpendidikan tinggi dan tentu berincome lumayan, seperti: kalangan profesional, guru, bahkan dosen sebagai kaum cendekia sekali pun.
Kini kasus melibatkan pengguna kartu ATM kian marak. Si Penipu pasti "cerdas,' orang ber-ATM asumsinya minimal punya simpanan di bank.  Biasanya sang penipu, apapun modusnya, seperti memberi hadiah, jual-beli, bantuan sosial, merasa perlu mewajibkan calon korbannya untuk memiliki ATM. Bukan apa, alasan praktis dan cepat. Di saat waktu yang meped, biasanya calon korban dilanda kepanikan, sehingga alih-alih mendapat kiriman uang justru secara tak sadar justru men-transfer uang pribadinya ke rekening yang dipandu oleh si pemberi hadiah.
Waah, simpanannya bisa kesedot nihhh...
Kasus kedua, baru-baru ini dialami oleh tetangga kami. Tiba-tiba kartu ATM tertelan atau tersedot oleh mesin ATM. Kemudian ia  langsung menghubungi nomor diduga "abal-abal" yang tertera pada mesin ATM atau di dinding ruang ATM, baik berupa stiker atau selebaran, bahkan nomor Call Center yang diberikan oleh seseorang yang pura-pura menolong si korban. Selanjutnya, si korban menghubungi Call Center dan memberitahukan bahwa kartu ATMnya telah tersedot oleh mesin ATM, dan bodohnya si korban dengan jujur memberikan nomor PIN kartu ATM. Simpanannya pun raib manakala ia sadar dan mengecek tabungannya.
Minggu lalu, kakak saya menarik tunai di salah satu ATM. Tiba-tiba kartu ATM tidak bisa keluar. Dalam keadaan panik, tiba-tiba ada orang perlente persis pegawai bank dengan ID cardnya menawarkan bantuan untuk menolong mengeluarkan kartu itu. Ia meminta PIN-nya. Untunglah kakak tidak mudah percaya begitu saja, ia menunggui kartu itu apapun yang terjadi, soalnya ada uang kantor di tabungan itu. Ia menelepon sang suaminya agar lekas datang ke lokasi tersebut. Si petugas geemtaran sambil berkeringat dingin. Ia mencoba agar kakak saya lekas-lekas menyelesaikan transaksinya, dengan berpura-pura akan menarik uangnya. Lucunya, hanya "keukeuh" mesin yang ditunggui kakak saya, padahal mesin ATM sebelahnya kosong. Ia pun panik sendiri, rupanya kawannya di luar tak sabar terus menghubunginya melihat aksinya tak kunjung berhasil dan bergegas pergi begitu saja.
Cerita ini rupanya persis dialami oleh salah seorang rekan kerja di kantor lain. Kasusnya, sama ATM tidak bisa keluar. Sang "penawar bantuan" pun tiba saat waktu tepat. Alamak sang rekan dalam keadaan panik, ia malah memandu sang penolong manakala meminta PIN dan mengotik-atik nomor ATM untuk mengeluarkan kartu. miliknya. Kartu ATM pun keluar. Setelah keesokan harinya, barulah tersadar. Ternyata uang Rp. 30 juta di simpanannya sudah raib berpindah tangan ke rekening pihak lain.
Ngeri juga punya uang banyak, penipu bergentayangan di sekitar kita. Maka berhati-hatilah.
Tips untuk menghindari penipuan lewat ATM:
-
Pihak Bank wajib memberikan penjelasan baik lisan maupun tulisan kepada nasabahnya mengenai penipuan yang sering terjadi di mesin ATM.
-
Pemilik kartu harus menjaga kartunya sebaik mungkin, dan jangan memberitahukan nomor PIN kartu kepada siapapun termasuk petugas Bank.
-
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!