[caption id="attachment_141568" align="aligncenter" width="601" caption="Bersama Menwa Ugracena Bali di Dawuhan Banyumas (1995)"][/caption]
Hari ini, 11-11-11, Yon II/Unpad berulang tahun. Kiprah lahirnya Yon II/Unpad tak bisa dilepaskan dari eskalasi politik yang terjadi saat itu di mana terjadinya pemberontakan DI/TII, Operasi Pembebasan Irian Barat dan Konfrontasi dengan Malaysia dan peristiwa G 30 S PKI.
Sejarah berdirinya Yon II/Unpad
Berikut petikan tulisan Ristadi WK, mantan Danyon II periode 1995/1996 sebagai berikut:
Di latar belakangi peningkatan kekuatan DI/TII Jawa Barat yang mempunyai sekitar 13.000 anggota dan 3.265 pucuk senjata pada tahun 1957, Panglima Daerah Militer VI/Siliwangi selaku Penguasa Perang Daerah Jawa Barat, Kolonel R.A. Kosasih mengeluarkan keputusan nomor Kpts 40-2/5/1959 tanggal 13 Mei 1959 tentang program wajib latih kemiliteran bagi mahasiswa perguruan tinggi di Jawa Barat.
Program wajib latih mahasiswa Jawa Barat tersebut merupakan program latihan kemiliteran bagi mahasiswa yang pertama kali diadakan di Indonesia sejak demobilisasi pelajar dan mahasiswa pejuang pada awal tahun 1950-an. Program tersebut berlangsung selama 20 minggu, sejak 13 Juni sampai 14 September 1959, diikuti oleh 960 mahasiswa dari Universitas Padjadjaran, Institut Teknologi Bandung, Universitas Parahyangan, Akademi Pendidikan Jasmani, dan Akademi PTT (Pos, Telegrap dan Telepon). Mereka dikelompokkan ke dalam 6 kompi latihan dan ditempatkan di asrama Kiansantang di Jalan Tongkeng, Bandung.
Program serupa diadakan kembali pada tahun 1961 dalam rangka pembebasan Irian Barat. Mahasiswa yang pernah mengikuti Wajib Latih tahun 1959 dipanggil kembali untuk mengikuti refreshing course. Kali ini mereka dihimpun dalam organisasi Resimen Serba Guna Mahasiswa Jawa Barat.
Pada 19 Desember 1961 Presiden Sukarno mencanangkan Trikora, yang menandai mulainya konfrontasi terhadap Kerajaan Belanda. Persiapan pertahanan negara, khususnya Home-Front yang kokoh merata segera dilakukan pemerintah dengan memperluas latihan kemiliteran bagi mahasiswa. Menteri Keamanan Nasional, Jenderal A.H. Nasution mengeluarkan surat keputusan nomor MI/B/00307/1961 tanggal 30 Desember 1961 tentang usaha memperluas latihan ketangkasan keprajuritan (kemiliteran) dalam rangka mempertinggi dan menggalang kewaspadaan nasional di kalangan mahasiswa.
[caption id="attachment_141569" align="alignleft" width="635" caption="HUT Yon II/Unpad ke-30 (1994)"][/caption]
Pangdam VI/Siliwangi, Brigadir Jenderal Ibrahim Adjie selaku Penguasa Perang Daerah Jawa Barat mengeluarkan surat keputusan nomor Kpts: 04-7/1/PPD/1962 tanggal 10 Januari 1962. Isi pokoknya antara lain, (1) perintah kepada semua dekan dan pemimpin universitas, perguruan tinggi, dan akademi pemerintah maupun swasta di Jawa Barat untuk membentuk Resimen Serba Guna Mahasiswa, dan (2) perintah kepada Presiden (Rektor) Universitas Padjadjaran untuk mengoordinasi usaha-usaha pembentukan Resimen Serba Guna Mahasiswa tersebut selekas mungkin.
Pada 20 Januari 1962 Rektor Universitas Padjadjaran membentuk Badan Persiapan Pembentukan Resimen Serba Guna Mahasiswa Daerah Militer VI/Siliwangi. Susunan keanggotaan badan koordinasi tersebut sebagai berikut: Presiden (Rektor) Universitas Padjadjaran, Prof. drg. R.G. Soeria Soemantri sebagai Koordinator, Pembantu Rektor Institut Teknologi Bandung, Dr. Isrin Nurdin sebagai Wakil Koordinator I, Pembantu Rektor Universitas Parahyangan, Drs. Koesdarminto sebagai Wakil Koordinator II, dan Mayor Mochammad Soenarman dari Pusat Psikologi Angkatan Darat sebagai Sekretaris.