Pramuka singkatan dari Praja Muda Karana yang memiliki arti Orang Muda yang Suka Berkarya, kiprahnya tidak diragukan dalam konteks membangun karakter bangsa (build national character) serta menjadi wahana pengembangan kepemimpinan bagi kaum muda di Indonesia. Apalagi jika melirik sejarah perjalanan Pramuka, hal itu sangat erat dengan masa perjuangan bangsa Indonesia. Pertama-tama diperkenalkan oleh Belanda Netherland Indische Padvinder Vereniging; Persatuan Pandu-Pandu Belanda yang dikhususkan bagi anak-anak Belanda.
 Pada saat itu,  organisasi Kepramukaan/Kepanduan menjadi salah satu organisasi yang menarik dan menjadi sarana perjuangan bagi rakyat Indonesia sehingga para tokoh pergerakan mendirikan organisasi sejenis yang saat itu jumlahnya mencapai lebih dari seratus organisasi. Organisasi itu di antaranya; JPO (Javananse Padvinders Organizatie); JPP  (Jong Java Padvinderij), SIAP (Sarekat Islam Afdeling Padvinderij); HW (Hisbul Wathon), dan lain-lain.Â
Melihat dinamika kepramukaan yang berkembang di Indonesia pada saat itu, Pemerintah Belanda akhirnya membuat peraturan untuk melarang organisasi kepramukaan di luar milik Belanda menggunakan istilah Padvinder. Karena itu, kemudian KH. Agus Salim menggunakan istilah "Pandu" dan "Kepanduan". Setelah Indonesia merdeka, Pemerintah berinisiatif agar kepanduan dipersatukan dengan nama Pramuka dengan diterbitkannya Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 238 Tahun 1961 tanggal 20 Mei 1961 sebagai kelanjutan dan pembaruan Gerakan Pendidikan Kepanduan Nasional Indonesia dan pada tanggal 14 Agustus ditetapkan sebagai Hari Pramuka.
           Mengingat sejarah yang cukup panjang, Gerakan Pramuka telah turut berkontribusi dalam dinamika perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia serta membangun karakter bangsa. Sebagaimana hal itu dipertegas dalam pembukaan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Gerakan Pramuka.
 Terkait dengan pendidikan karakter, hal itu dapat dilihat misalnya dari kiasan makna lambang Gerakan Pramuka yaitu Tunas Kelapa. Melalui lambang Gerakan Pramuka, generasi muda khususnya dapat belajar kepada pohon kelapa. Di antaranya; pohon kelapa dari akar sampai daunnya bermanfaat, hal itu memberikan pesan bahwa anggota Pramuka harus bermanfaat bagi lingkungan sekitar, hal itu sejalan dengan sabda Nabi Muhammad Saw bahwa sebaik-baik manusia ialah orang yang bermanfaat bagi orang lainnya. Pohon kelapa tumbuh lurus dan menjulang tinggi, hal itu mengisyaratkan bahwa anggota Pramuka harus memiliki pendirian yang teguh atau dalam ajaran Islam istiqomah serta memiliki cita-cita yang tinggi.
Selain dari itu, pohon kelapa dapat tumbuh di masa saja, hal itu mengajarkan agar anggota Pramuka dapat beradaptasi di mana ia berada baik dalam sikap dan tutur kata. Kemudian, pohon kelapa dapat bertahan lama dalam keadaan bagaimanapun, hal ini mengisyaratkan bahwa anggota Pramuka dilatih dan dididik menjadi generasi-generasi yang tangguh, ulet, serta kuat meliputi jasmaniah dan rohaniah.
           Pada tanggal 14 Agustus 2015 usia Gerakan Pramuka sudah menginjak ke-54 tahun. Pada usia yang ke-54 ini, Gerakan Pramuka harus semakin memantapkan diri membangun generasi bangsa. Apalagi di tengah krisis kejujuran yang ditandai dengan maraknya kasus korupsi, tawuran, pergaulan bebas, penyalahgunaan Narkoba, dan problema lainnya melanda negeri ini. Semoga pada Hari Pramuka yang ke-54 ini, Gerakan Pramuka semakin berkembang serta terwujudnya tata kelola organisasi ke arah yang lebih baik. Selamat Hari Pramuka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H