Mohon tunggu...
Dadan  Rizwan Fauzi
Dadan Rizwan Fauzi Mohon Tunggu... -

Mahasiswa Pascasarjana (Megister) PKn UPI Ketua Umum Aliansi Pemberdayaan Pemuda Nusantara (ASPENTARA)

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Menjadi Lebah atau Singa

14 September 2017   01:55 Diperbarui: 14 September 2017   02:54 2082
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Mendengar kata Lebah atau Singa tentunya kita berpikir tentang hewan kecil yang menghasilkan madu dan hewan buas. Namun pada dasarnya kita dapat melihat kehidupan kita ini di analogikan seperti lebah atau singa, karena dengan mengamati pola perilaku mereka dalam koloni atau kelompoknya maka kita akan mendapati bahwa pada dasarnya ada dua tipe manusia, yaitu manusia yang dipimpin atau yang mampu memimpin. Lalu dalam kehidupan ini seperti apakah kita, apakah menjadi lebah atau singa?

Jika kita melihat pola perilaku lebah dalam koloninya, maka kita akan melihat betapa loyal lebah terhadap ratunya sebagai pemimpin. Lebah akan mengikuti ratunya kemanapun ia pergi dan menuruti setiap perintahnya terutama dalam membuat dan menjaga sarangnya tanpa memiliki keinginan lain, lebah selama hidupnya hanya mengikuti ratunya. Kita dapat melihat bahwa karakter lebah dalam koloninya adalah sebagai pengikut artinya sebagai yang dipimpin, sebagai pengikut lebah menuruti setiap perintah ratunya tanpa memiliki keinginan lainnya. Lebah tidak memiliki kekuatan untuk mempengaruhi ratunya dalam memiliki keinginan perubahan dalam mencapai tujuannya. Seperti halnya lebah, manusia sebagai seseorang yang dipimpin harus memiliki rasa loyal terhadap pemimpinnya, namun bukan berarti pasif pada setiap pilihan dan hanya terpaku pada tugas dan tanggung jawab kita sebagai seorang yang dipimpin, padahal setiap manusia dalam dirinya memiliki sikap kepemimpinan (Leadership)terutama dalam hal memimpin dirinya sendiri.

Singa dikatakan sebagai raja hutan, karena memiliki kemampuan dalam memimpin kelompoknya, singa memiliki pengikut dimana ia mampu mempengaruhi pengikutnya untuk bertanggung jawab dalam mencapai tujuan bersama. Singa diibaratkan sebagai simbol kekuatan, karena dengan kekuatannyalah singa mampu untuk mempengaruhi pengikutnya. Namun dengan kekuatannya sebagai seorang pemimpin singa kadangkala terjebak dengan jabatannya sehingga tidak mau mendengarkan keinginan kelompoknya, karena menganggap bahwa pemimpin adalah sesorang yang sangat dihormati dan keputusannya harus dipatuhi. Label pemimpin yang diberikan kepada singa bukan berarti menunjukan bahwa singa adalah penguasa yang sebenarnya, karena pada dasarnya seorang pemimpin juga harus memiliki kemampuan untuk dapat mendengarkan keinginan kelompoknya. Sifat yang bisa kita amati dari singa yang ada dalam kehidupan kita adalah bahwa seorang pemimpin memiliki kemampuan dalam mempengaruhi serta dapat memimpin anggotanya mencapai tujuan yang diharapkan, namun tak jarang seperti singa, manusia juga kadang lupa untuk mendengarkan keinginan kelompoknya padahal seorang pemimpin yang baik adalah mampu mewujudkan keinginan anggotanya.

Maka masuk kelompok manakah kita apakah lebah atau singa? Yang keduanya memiliki sifat yang berbeda. Kita harus bisa menjadi keduanya, seperti gajah dalam kelompoknya. Dalam setiap perjalanan pemimpin gajah memimpin sekitar 20 lebih gajah  dewasa dan anak-anak. Pemimpin dalam kelompok gajah selalu berkomunikasi dengan kelompoknya untuk menentukan jalan atau arah mana yang hendak di capai, setelah menentukan arah, pemimpin gajah akan memimpin kelompoknya dengan bijaksana, dan kelompoknya yang dipimpin harus bertanggung jawab dengan tugasnya masing-masing. Gajah selalu bersama dalam setiap perjalanannya, saling menjaga dan membantu hingga tercapainya  tujuan yang diinginkan. Gajah juga sering kali dilambangkan sebagai kebijaksanaan, karena loyal menjadi yang dipimpin dan siap untuk menjadi pemimpin.

Berikut beberapa prinsip yang bisa kita ambil dari kepemimpinan gajah:

  • Pemimpin yang persuatif, dimana pemimpin mengadakan hubungan yang erat dengan kelompoknya.
  • Pemimpin yang dominan, dimana hubungan terbatas jika ada problema-problema.
  • Pemimpin institusional, atau disebut juga heads, dimana kepemimpinannya banyak didelegasikan pada anggota kelompoknya.
  • Pemimpin cerdik pandai, dimana pengaruhnya dirasakan besar sekali dan dapat mempengaruhi rakyat sekalipun ia sudah meninggal.

Menjadi seseorang yang dipimpin bukanlah hal yang mudah, apalagi menjadi seorang pemimpin yang mampu menjadi lebah dan singa yang mampu menonjolkan Sikap loyalitas dan kepemimpinan yang ideal. Oleh karena itu kita perlu mengasah setiap potensi yang ada pada diri kita baik sebagai yang dipimpin maupun yang memimpin, keduaanya memiliki peranan yang penting dalam suatu masyarakat, terutama dalam menjalankan kehidupan.

Berikut tujuan yang ingin dicapai dalam kepemimpinan:

  • Tujuan organisasi dimaksudkan untuk memajukan organisasi yang bersangkutan dan menghindari diri dari maksud-maksud yang irasional organisasi yang ada.
  • Tujuan kelompok dimaksudkan untuk menanamkan tujuankelompok pada masing-masing anggota sehingga tujuan kelompok dapat segera tercapai.
  • Tujuan pribadi anggota kelompok maksudnya untuk memberi pengajaran, pelatihan, penyuluhan, konsultasi bagi tiap anggota kelompok sehingga anggota kelompok dapat mengembangkan pribadinya.
  • Tujuan pribadi pemimpin maksudnya untuk memberi kesempatan pada pimpinan berkembang dalam tugasnya, seperti mempengaruhi, memberi nasehat, dan sebagainya.

Maka tidak ada alasan lagi bagi kita untuk pasif dalam mengasah sikap kepemimpinan (Leadership) yang ada dalam diri kita. Karena Tuhan menciptakan kita dengan tugas beribadah dan menjadi khalifah (Pemimpin) baik bagi diri sendiri, keluarga, masyarakat serta berbangsa dan bernegara. Sikap kepemimpinan akan muncul jika diasah sebagaimana "pisau yang sering diasah akan semakin tajam".Dan menjadi seorang pemimpin harus cerdik seperti kancil dan fleksibel seperti bunglon, agar menjadi generasi muda yang mampu menjadi pemimpin ideal di masa mendatang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun