Bagi penggemar Liga Super Indonesia (ISL) 2014, sore ini dan nanti malam adalah waktu yang paling ditunggu-tunggu. Dua duel menarik akan tersaji di layar televisi kita antara Persipura Jayapura Vs Pelita Bandung Raya dilanjutkan antara Arema Cronus Vs Persib Bandung. Keempat tim akan berjibaku untuk memperebutkan tiket final ISL 2014 yang rencananya akan dilangsungkan di Stadion Gelora Bung Karno.
Disalahsatu warung di sudut kota Cirebon, kami berempat dengan seru membahas prediksi-prediksi dan analisa-analisa pertandingan ala kami. Karena kami bukan pengamat sepakbola sekelas M. Khusaini ataupun komentator sepakbola sekelas Bung Towel, perbincangan kamipun melebar kemana-mana, tidak fokus pada prediksi dan analisa pertandingan saja.
Ada hal yang menggelitik saya ketika ditengah-tengah perbincangan salahsatu dari kami bercerita bagaimana mobilisasi supporter Persib yang biasa disebut dengan Bobotoh atau sebutan lainnya Vikings untuk beramai-ramai pergi ke Palembang demi mendukung kesebelasan Maung Bandung. Ternyata tak sedikit Bobotoh yang berasal dari Cirebon ikut bergabung dengan rombongan supporter tersebut.
Kenapa orang Cirebon mesti mendukung Persib? Bukankah Persib milik orang Bandung? Bukankah antara Bandung – Cirebon yang berjarak + 130 Km terlalu jauh bagi Bobotoh Cirebon yang akan mendukung kesebelasan kesayangannya jika Persib melakukan pertandingan kandang? Ataukah tidak ada klub sepakbola yang bisa dibanggakan oleh orang Cirebon? Kemana Klub Indocement, PSIT (Persatuan Sepakbola Indonesia Tjirebon) ataupun PSGJ (Persatuan Sepakbola Gunung Jati)? Entahlah…
Secara dukungan, sudah jelas Persib jauh lebih banyak pendukungnya daripada Arema Cronus. Karena bukan hanya masyarakat Cirebon yang mengaku sebagai Bobotoh fanatik si Maung Bandung, Indramayu, Kuningan, Majalengka atau bahkan mungkin hampir separuh lebih masyarakat Jawa Barat yang menyukai sepakbola Indonesia lebih mendukung Persib. Saya berani berpendapat demikian karena saya tahu persis banyak saudara saya di Tasik, Ciamis dan Banjar sampai ke Pangandaran adalah Bobotoh fanatik Persib juga. Bandingkan dengan pendukung Arema Cronus. Hanya penduduk Malang dan sekitarnya saja yang menjadi pendukung fanatik mereka.
Perbincanganpun semakin menarik karena saya menjadi satu-satunya orang Jawa Timur diantara 3 rekan saya yang lain ini. Karena di Jawa Timur banyak bertebaran klub-klub sepakbola yang berlaga di ISL dan Divisi Utama PSSI. Di ISL saja, ada 6 klub sepakbola ternama yang berasal dari 6 kota yang berbeda. Persik Kediri, Persela Lamongan, Arema Cronus Malang, Gresik United, Persebaya Surabaya dan Persepam Madura. Saya berkesempatan menjelaskan opini dan analisa saya kenapa Jawa Timur kaya dengan klub-klub sepakbola hebat yang menjadi kebanggan masyarakat setempat.
Bukan hanya karena factor pendanaan saja yang mungkin menjadi penghambat kenapa klub-klub di Jawa Barat tidak mampu berbuat banyak di kancah persepakbolaan nasional. Tapi juga kultur masyarakat dan fanatisme kedaerahan yang juga membuat klub-klub di Jawa Timur bisa eksis dan memiliki banyak supporter fanatik. Orang Malang akan dengan bangga menyebut dirinya Aremania meskipun ia bukan penggemar sepakbola, atau orang Surabaya yang selalu diidentikan dengan Bonek.
Lalu apa hubungan dengan geng motor?
Saya tidak sedang berpandangan berat sebelah atau berpendapat subyektif karena saya orang Jawa Timur (yang berdarah Sunda). Tapi dari banyak pemberitaan di media, cerita tentang kekejaman geng motor yang banyak meresahkan masyarakat selama ini lebih marak terjadi di Jawa Barat daripada di Jawa Timur. Tak perlu saya sebutkan apa saja nama Geng motor yang dimaksud, yang jelas baik itu di Cirebon atau bahkan di Bandung sendiri banyak bertebaran Geng motor yang anggotanya adalah anak-anak usia remaja. Tak jauh berbeda dengan supporter-supporter fanatik klub-klub sepakbola di Jawa Timur itu yang juga didominasi oleh anak muda. Bagi anak muda anggota Geng motor di Cirebon, mereka lebih bangga menjadi bagian dari gangster jalanan itu ketimbang bangga menjadi Bobotoh. Bandingkan dengan bangganya anak-anak di Malang yang bahkan sejak SD sekalipun mereka sudah “dikontaminasi” oleh orangtua mereka bahwa mereka kelak akan menjadi bagian dari Aremania.
Untuk mempersingkat saja, barangkali salahsatu cara untuk bisa meredam maraknya Geng Motor di Cirebon adalah dengan membangun sebuah klub sepakbola yang hebat yang bisa menjadi kebanggaan anak-anak muda Cirebon, dan ini menjadi tugas yang berat bagi semua elemen masyarakat Cirebon. Kelak, stadion Bima yang menjadi kebanggan masyarakat Cirebon akan selalu riuh oleh tiupan terompet dan tabuhan gendang supporter fanatiknya. Jangan kalah dong sama kota Bangkalan yang sepi yang punya Persepam Madura dan Teretan Mania nya..!
Cirebon jehh…
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H