Mohon tunggu...
Dadan Magnifico
Dadan Magnifico Mohon Tunggu... wiraswasta -

pendosa yang mencoba menuliskan hal-hal bijaksana...makanya jangan percaya sama saya!!!!!!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

(cerplak) Send To: Bondan

17 April 2015   20:13 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:58 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1429276164328476328

“abang gak pernah patah hati sama cewe cantik manapun, tapi kalo sama cewe baik-baik seperti kamu, pasti selalu terasa broken-nya...”

Bondan menatap dalam-dalam mata Putri sambil meraih tangannya. Seketika itu juga Putri menarik tangannya perlahan lalu berdiri.

“a..aku ngga bisa bang,maafkan putri!”

“tapi put..dengarkan dulu penjelasan abang,put..putri!!!”

Putri pun berlalu meninggalkan Bondan sendiri. Disebuah outdoor foodcourt dengan view tepi pantai. Tempat dimana cinta mereka bersemi untuk pertama kali.

Perbedaan usia yang terpaut jauh seringkali menjadi penghambat suatu hubungan diantara dua insan yang sedang jatuh cinta. Bondan menyadari itu. Ia pun tau, bahwa Putri masih mencintainya. Namun cibiran dari teman dan segelintir anggota keluarganya membuat Putri semakin tersudut.

Dengan langkah gontai, Bondan pun meninggalkan tempat pertemuan itu. Dibawah temaram lampu jalanan,sebuah tembang cinta “Love me like there’s no tomorrow” milik Freddy mercury sayup mengalun bersama desir  pantai,dari sebuah music shop seberang trotoar.  Benak Bondan sontak menirus akan kenangan bersama Putri. Ia tidak menyangka kisah cintanya akan begitu cepat menjemput lara.

“Praaaaankkkk..klontanggg..”

Sebuah kaleng soft drink bergambar bintang terpental dan membentur aspal, seiring gundah langkah Bondan menyusuri jalanan tepi pantai. Andai terdapat sebuah Tank Leopard buatan Jerman menghalangi langkahnya, tentu saja ia tak segan menendangnya hingga ke gerbang istana negara. Hati yang luka, bisa saja berbuat apa saja melampaui akal manusia.

#

(Disebuah jalan lengang di kegelapan malam)

Entah sudah berapa jauh Bondan berjalan diatas aspal tepi laut itu. Ia tidak menyadari sedang berada disebuah tempat yang jauh dari keramaian. Sesekali terlihat kendaraan lewat dengan sorot lampu menyilaukan pandangannya. Berjejer pepohonan disisi kanan dirinya seakan  sedang menertawakan.

Hingga sampailah ia menghadap sebuah tebing curam. Tebing dengan bebatuan cadas dan jilatan ombak dibawahnya. Ia memandang horizon  sejenak, dengan tatapan keputusasaan. Semburat senja masih sedikit tersisa disana,namun tiada sekiditpun asa yang tersisa pada hatinya.

“maafkan aku abah,maafkan aku umi, maafkan aku Lala(kucing),maafkan aku Sunny(Kutilang), maafkan aku Tono(biawak),maafkan aku dunia, hidupku sudah tidak berarti lagi”

Bondan merentangkan tangannya. Ia pun menutup mata sambil menarik nafas dalam-dalam. Angin pantai seakan bisikkan sekumpulan setan yang mencemari akal sehatnya. Tak berapa lama, ia pun terjun bebas. Jatuh terjerembab membentur bebatuan. Tewas seketika.

Tubuh Bondan hancur remuk. Matanya mencuat keluar. Tebing curam bebatuan nan dalam menjadi saksi, betapa cinta selalu saja mengalahkan logika seorang tolol yang sedang putus cinta.

#

Dikejauhan sana. Sebuah senyuman tersungging dari bibir mungil dengan mata berbinar sedang menatap layar. Terlihat jari lentiknya lincah bermain smartphone ber-keypad Qwerty. Menuliskan sebuah pesan singkat :

“hahahaha....sayang, kamu masih disana?aku hanya sedang menguji sejauh apa cinta kamu kepadaku. Gimana?sandiwaraku berhasil ngga?cup..cup..cup sudah yah sayang ,jangan sedih. Aku tidak akan meninggalkanmu, cinta ku, cinta kita. Eh iya, jemput aku ditempat biasa yah,Mmuuuaaaachh!”

FROM : PUTRI

SEND TO : BONDAN

------------------------------------------------------------SELESAI------------------------------------------------------------

Ilustrasi :soepolenk.wordpress.com

(cerplak) : Cerita Koplak

Mohon maaf jika ada kesamaan nama,tempat dan kejadian. Cerita ini hanya fiktif belaka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun