Mohon tunggu...
Dadan Irsyada
Dadan Irsyada Mohon Tunggu... Guru - Guru di SDN 061 Cijerah Kota Bandung

Pengalaman Mengajar 1. SD Laboratorium UPI Kampus Cibiru 2011-2014 2. SDN 238 Panyileukan Kota Bandung 2015-2016 3. SD Pribadi Billingual Boarding School Bandung 2016-2018 4. SDN 061 Cijerah 2018 - Sekarang -Google Master Trainer Kemdikbud -Google Certified Educator L1 -Yamaha Music Seminator

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sabanda Sariksa Sebuah Inovasi Pembelajaran (Bagian 2)

7 April 2021   15:22 Diperbarui: 7 April 2021   16:20 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ini adalah pembahasan lanjutan mengenai "Sabanda Sariksa". Apa yang akan dijelaskan adalah bagian yang sangat fundamental dalam keberhasilan membuat pembelajaran yang inovatif. Beberapa hal yang menjadi dasar perhatian adalah faktor dari kesiapan orangtua peserta didik dirumah. 

Bagaimana kondisi ekonominya, kelengkapan apa saja alat komunikasi yang dimiliki dan seberapa besar peran orang tua dalam kesiapan belajar dari rumah.

Beberapa hal di bawah ini merupakan langkah yang telah dilakukan. Diantaranya adalah sebagai berikut:

  1. Berkomunikasi dengan orangtua peserta didik. Pentingnya komunikasi dengan orang tua peserta didik di Grup WA Kelas merupakan kunci utama dalam meyampaikan sesuatu hal yang baru. Saat ini aplikasi Whatsapp merupakan aplikasi yang hampir semua orang yang memegang telepon seluler pasti dapat diinstal dan mudah digunakan. Sebanyak 42 orangtua yang ada didalam grup WA kelas satu sama lain selalu berkomunikasi didalamnya. Hari pertama penulis menjelaskan beberapa tugas yang harus dikerjakan secara luring, dengan cara mengirimkan tugas melalui berkirim file pada whatsapp.  
  2.  Melibatkan peserta didik untuk mencoba aplikasi formulir online.  Hari kedua penulis mencoba membuat sebuah formulir absen online menggunakan Google Forms. Cara ini merupakan proses paling mudah dan sederhana untuk melihat sejauh mana kemampuan telepon seluler yang dimiliki orang tua untuk menggunakan aplikasi tersebut. Sehingga pada dasarnya aplikasi Google Forms ini merupakan sebuah awal bagi orangtua untuk mengenal aplikasi dalam absensi.
  3. Pembiasaan aplikasi absensi daring. Selama 2 hari percobaan mengisi absensi dapat terlaksana dengan baik tanpa hambatan apapun. Dari hal ini dapat diketahui bahwa secara umum baik peserta didik dan orang tua memahami penggunaan absensi daring dan kemampuan telepon seluler yang digunakan  dapat mengakses aplikasi dengan baik.
  4. Memberikan link survey awal. Dalam rangka mendapatkan data dari mulai jenis dan merek telepon seluler yang digunakan. Tidak hanya itu akan tetapai besaran kuota yang dimiliki serta provider apa saja yang digunakan, sampai memberikan pertanyaan mengenai evaluasi apakah ada kesulitan dalam proses absensi daring.
  5. Menginstal aplikasi Google Classroom. Peserta didik dan orangtua diarahkan untuk menginstal aplikasi yang lebih berfokus pada proses pembelajaran. Instruksi diberikan secara sederhana dan mudah difahami. Kemudian di hari yang sama survey pun diberikan untuk mengetahui apakah aplikasi dapat diinstal baik atau ada kendala saat proses instalasi.

Proses tersebut diatas menghabiskan kurang lebih sampai 1 minggu, dari mulai pendataan dan mengevaluasi hasilnya makan dapat disimpulkan  alat komunikasi yang digunakan orang tua dapat menjalankan fungsi dari aplikasi Google Classroom dengan baik. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun