Refleksi tes PPPK dan penilaian dalam lomba adu kompetensi kinerja
JIKA BENAR-BENAR INGIN MENILAI kualitas kinerja, unjuk hasil kerja, dan atau bagus tidaknya tupoksi seseorang dalam menjalankan tugasnya dalam bekerja. MAKA datangilah diam-diam ke tempatnya bertugas, tanya orang-orang yang setiap hari berinteraksi dan menggunakan manfaat kinerjanya, lihat jejak karyanya, dan tantang langsung untuk menunjukan kemampuan dalam pekerjaannya, lantas nilailah...!!!
Tidak menentukan bagus atau tidaknya hanya lewat tumpukan kertas dan banyaknya jawaban yang benar dari deretan soal-soal yang belum tentu sanggup mempertontonkan kualitas hati dan motivasi pengabdian sejatinya. Karena kertas tak selalu mengabarkan kejujuran sesungguhnya dan soal tak selalu mampu menggambarkan wujud niat pengabdian aslinya. Kalaupun tetap harus ada soal yang diberikan, cukuplah untuk penilaian tambahan menggambarkan isi pengetahuan. Karena orang pinter teori kadang sulit dibentuk wataknya, namun orang yang sudah punya dasar watak baik dan memiliki motivasi tinggi lebih mudah dibentuk pengetahuannya. Begitulah lomba lomba dan apresiasi kinerja seharusnya diadakan...
Begitupun tes PPPK yang tujuannya mendapatkan tenaga kerja yang tak hanya punya pengetahuan namun juga keahlian dan semangat totalitas pengabdian. Jika lulus tidaknya seseorang mengikuti seleksi PPPK hanya lewat seberapa banyak dia mampu menjawab soal-soal itu, maka saya berani berkata bahwa soal-soal itu tak selalu mampu menunjukan berapa besar rasa cinta mereka pada pendidikan, seberapa besar spirit pengabdian mereka untuk pendidikan, dan seberapa banyak jejak mereka yang telah ditorehkan, karena kertas  amat mudah dipaksa menyembunyikan..... menjadi pendidik tak cukup dengan pintar dan banyak pengetahuan yang diukur dari banyaknya kertas penghargaan, namun pula harus punya kedalaman cinta, kesungguhan, pengorbanan dan semangat pengabdian. Karena tugas guru bukan sekedar mengajarkan ilmu pengetahuan, namun juga mengasah dan menghujamkan pendidikan rasa, cita, karsa dan kasih sayang.
Kita tak ingin punya generasi pandai namun gersang cinta dan pengabdian... Maka jangan heran jika para koruptor itu adalah orang orang pandai namun ternyata kehilangan empathy, kasih sayang, rasa malu dan amat miskin rasa kemanusiaan. Akhirnya yang tersisa hanya mirip binatang yang hanya mempertontonkan kelicikan  dan kerakusan, bahkan masih saja bisa tersenyum lebar saat sudah jadi pesakitan...
Tes PPPK jika tetap harus di tes mungkin lebih realistis jika alat tesnya seperti essei yang digunakan untuk tes program guru penggerak, yang lebih banyak merekam pengalaman dan aksi nyata pesertanya selama mengabdi jadi guru, sehingga merrka yang tak pernah ada di sekolah tidak akan bisa berbahi cerita nyata di sana. Bukan berbentuk soal soal pengetahuan yang mungkin lebih cocok jika diberikan untuk mahasiswa yang baru beres dari perkuliahan.
---- tiba tiba jadi lebay, mungkin sebagian orang nganggap ini tulisan so toy ----
# Dadan #
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H