Mohon tunggu...
Dadan Hermawan
Dadan Hermawan Mohon Tunggu... Guru - guru, Pegiat Literasi Baca & Budaya, Penulis, Trainer

Guru, pecinta tulisan dan seorang warga negara yang tak nyaman saat menyaksikan generasi negeri ini seperti buih di lautan..

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kita yang Membunuh/Membangkitkan?

15 Mei 2016   23:55 Diperbarui: 16 Mei 2016   00:05 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

(Oleh : Dadan Hermawan,M.Pd)

Masalah karakter diakui atau tidak kini menjadi masalah serius bangsa ini, perlahan-lahan generasi negeri ini kehilangan jati diri, karakter dan kepribadiannya, tergeser oleh proses asimilasi budaya dan beragam hal yang datang bergelombang terbawa dari luar oleh perkembangan teknologi yang tak mampu di sikapi lebih arif dan bijaksana oleh penghuni negeri ini, dan generasi mudalah yang paling dominan memberikan andil pada perubahan ini.

Menyadari akan hal ini, pemerintah kemudian berusaha memainkan perannya untuk melindungi dan menjaga masyarakatnya dari kehilangan budaya, moral, kepribadian dan karakter terbaiknya, maka digulirkanlah program pendidikan karakter yang di integrasikan dalam kurikulum pendidikan nasional. Dalam kurikulum terbaru yang di desain oleh para ahli pendidikan di negeri ini mencoba membuat ramuan desain pendidikan yang tidak hanya memberikan perhatian terhadap pengembangan kemampuan pengetahuan dan keterampilan siswa saja, namun lebih dari itu memberikan perhatian besar terhadap perkembangan sikap. Dalam kurikulum yang saat ini diberlakukan di Indonesia yang kita kenal dengan kurikulum 2013 terlepas dari pro kontra serta kelebihan dan kekurangannya ada niatan yang baik dari pemerintah untuk melahirkan sebuah kurikulum yang mampu kembali menumbuhkan nilai-nilai karakter mulia bangsa ini.

Pada era pemerintahan saat ini, pemerintah juga menggulirkan program unggulan revolusi mental, walaupun sebagian besar rakyat Indonesia belum melihat seperti apa grand desain yang diusung pemerintah dalam program revolusi mental ini, namun secara bahasa kita dapat menangkap jika bidikan dari program ini adalah perubahan mental yang sangat erat kaitannya dengan moral dan karakter suatu bangsa.  Dari sisi lain, masyarakat juga merasakan keresahan yang sama, bagi masyarakat urban penomena dekadensi moral sudah dirasakan semakin akut, sementara masyarakat di daerahpun mulai merasakan hal yang sama. Penomena kejahatan, tindakan melawan hukum, tawuran, gaya hidup gangster, pergaulan bebas, hilangnya orientasi hidup, dan setumpuk permasalahan sosial yang kian hari kian bertambah rumit dan menjadi penomena biasa merupakan indikator sederhana untuk kita memberikan penilaian terhadap kian terpuruknya masalah mental dan karakter bangsa ini.

Sebagai bagian dari elemen terkecil dari bangsa ini, kita tidak akan pernah bisa melepaskan diri dari apapun yang terjadi di negeri ini, ikut  memikirkan permasalahan besar ini menjadi sebuah kensicayaan bagi siapapun yang bernapas dan menginjakan kakinya di negeri yang bernama Indonesia ini. Keperdulian kita terhadap masalah bangsa ini adalah kepedulian kita terhadap diri kita sendiri, begitupun ketidak pedulian kita terhadap masalah  bangsa ini adalah ketidak pedulian kita terhadap diri kita sendiri. salah satu upaya kita untuk mengatasi masalah rumit tentang dekadensi moral dan kemiskinan karakter ini pun harus dimulai dari kita sendiri, baik kita sebagai seorang ayah bagi anak-anak kita, sebagai seorang ibu bagi putra putri kita, sebagai seorang anak dari ayah dan ibu kita, sebagai seorang kakek atau setidaknya sebagai warga negara yang mencintai dirinya sendiri serta orang-orang yang dicintainya maka serta awal mencintai bangsa dan negaranya. Kitalah sebagai individu dan elemen terkecil dari bangsa ini yang harus menjadi pagar terdepan dari beragam serangan peluru budaya negatif dan beragam terjangan ombak penggerus nilai-nilai karakter dan moral bangsa ini.

Tak ada regulasi terbaik yang dapat melindungi seluruh warga dari ancaman perusak mental dan moral serta penggerus karakter, tak ada pasukan terbaik yang akan mampu menjadi penjaga generasi negeri ini, karena yang mampu menjadi penjaga dan regulasi terbaik nya adalah kita masing-masing. Menumbuhkan kesadaran pada diri kita sendiri akan bahaya hilangnya kearifan budaya dan nilai-nilai mental positif  bangsa ini adalah perisai terbaik yang akan mampu menjadi penangkal kehancuran bangsa ini. Deras serta terorganisirnya serangan mental dan karakter terhadap bangsa ini akan menuntut dan memaksa kita untuk menyiapkan energy lebih dan tenaga extra serta kesabaran yang luar biasa, sehingga mau tidak mau mulai saat ini pula kita harus mempersiapkan semuanya. Peran dan perhatian kita terhadap sodara-sordara dan keluarga yang ada di sekitar kita adalah bagian dari upaya terbaik yang dapat kita lakukan, dan diamnya kita terhadap mereka adalah pembiaran kita terhadap pembunuhan masal moral bangsa ini.

Derasnya gempuran karakter dan mental datang dari bebagai arah dengan beragam jenis dan bentuknya. Mulai dari masalah tayangan televisi, mudahnya akses internet, ketersediaan alat transfortasi yang memudahkan setiap orang beriteraksi dalam wilayah yang luas, serta banjirnya informasi menjadi salah satu bentuk serangan karakter dan mental generasi bangsa ini. Maka peran kita untuk memberi perhatian lebih dan meningkatkan kepekaan terhadap semua hal di atas menjadi sebuah keharusan. Bagaimana kita menjaga anak-anak kita dan keluarga kita dari tersajikannya tontonan televisi yang sehat dan mendidik serta menjauhkan keluarga kita dari sajian tontonan sampah yang membawa pesan-pesan moral yang negatif, kita pula lah yang harus memainkan peran mengawasi akses internet keluarga kita, memberikan kendaraan terhadap anak dan keluarga kita dengan bijak dan cerdas, serta piawainya menyaring informasi yang sampai terhadap keluarga dan anak-anak kita yang akan menjadi senjata ampuh untuk menjaga nilai-nilai karakter positif dan mental yang sehat, Sulit memang iya namun bukan hal yang tak bisa kita lakukan, dan jika tak pernah kita mulai saat ini maka bukan hal yang mustahil jika waktu akan sesegera mungkin mengantarkan negeri ini pada kehancuran moral dan kehilangan karekternya. Sehingga yang tersisa hanyalah generasi-generasi pengekor dan sahaya dari budaya dan karakter negatif bangsa lain, maka saat itulah bangsa ini sesungguhnya telah punah.

Andai saja seluruh individu di negeri ini dengan kesadarannya memerankan dirinya menjadi penjaga-penjaga anak-anak dan keluarganya dari segala serangan moral dan karakter melalui beragam media di atas, maka yakinlah jika generasi emas negeri ini akan kembali lahir dan bangkit. Dari pemikiran inilah rasanya pemerintah penting untuk mulai memikirkan bagaimana caranya melahirkan seluruh atau sebagian besar orang tua serta warga dewasa di negeri ini menjadi orang tua dan warga yang memiliki kesadaran di atas, perlu kiranya pemerintah mulai memikirkan dirancangnya kurikulum yang bukan hanya untuk diberlakukan di sekolah, namun juga kurikululum yang terintegrasi dengan seluruh aktivitas warganya dengan beragam aktivitas dan profesinya. Bahkan jika harus kenapa tidak jika siapapun yang tidak mau mengambil bagian dalam proyek besar membangun marwah moral dan karakter bangsa ini di golongkan kedalam melakukan kejahatan dan harus dikenai hukuman.

Mimpi besar kita adalah lahirnya generasi emas negeri ini, generasi yang berdiri dengan gagah di atas kemulyaan kakinya sendiri yang akan mengukir bukan hanya puluhan dan ratusan bahkan ribuan atau bahkan jutaan prestasi pada tinta emas sejarahnya. Dan semuanya harus berawal dari kita di sini saat ini dan mainkan sekarang juga, hanya dengan menjadi orang yang menjaga dirinya, anak-anaknya serta sodara-sodaranya dari serangan peluru dan rudal-rudal penghancur moral dari segala media dan sarana yang ada, kemudian tanam kembali benih-benih kemuliaan agama dan moral serta karakter budaya kita sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun