Kebermaknaan suatu ilmu akan terasa ketika ilmu itu terasa manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari, seseorang yang mempelajari suatu ilmu dan dia menemukan korelasi antara ilmu yang di pelajarinya dengan beragam permasalahan sehari-hari yang dihadapinya tentu akan merasakan kemanfaatan nyata dari ilmu itu, sehingga dapat di pastikan kesan terhadap ilmu yang dipelajarinya akan sangat berbeda dibandingkan dengan ilmu yang belum memberikan kebermaknaan manfaat dalam kehidupannya.
Secara umum setiap ilmu memiliki kebermanfaatannya masing-masing, namun pada kenyataanya tidak setiap ornag mampu menemukan kebermanfaatan itu, tergantung dari sejauh mana dia mempelajari ilmu itu, bagina mana ilmu yang dipelajarinya, seperti apa yang mengajarkannya, ketika bagaimana dia belajarnya, sekomunikatif apa informsi yang di dapatnya dan banyak faktor yang lain lagi yang mempengaruhinya.
Begitupun Ilmu Matematika, Ketika seseorang mempelajari Matematika maka pada saat itu sebenarnya dia sedang melatih kemampuan berpikir yang melibatkan bukan hanya kontruksi ide dan konsep-konsep saja namun juga penerapan abstraksi yang dia pelajari dari ilmu Matematika tersebut, kemudian ide – ide yang dia dapatkan dari mempelajari ilmu Matematika akan membentuk jaringan pemahaman dari beebrapa konsep matematika bahkan membentuk kesatuan jaringan ide, pengetahuan dan pemahaman dengan ilmu-ilmu lain terutama dengan masalah-masalah sains, teknologi dan kehidupan sehari-hari. Bagaimana kehidupan menyediakan beragam permasalahan dan matematika menyediakan tools untuk menyelesaikan dan menjawab beragam permasalahan itu.
Â
Namun pada kenyataan nya Matematika yang sudah di jadikan sebagai salah satu pelajaran dalam sistem pendidikan kita selama ini lebih sering di ajarkan secara parsial, pelajaran yang berdiri sendiri seolah-olah terpisah dari pelajaran lain, selain itu materi – materi dalam pembelajarna matematika pun lebih kepada pembelajaran konsep teoritis dan kurnag memperhatikan kebermaknaan aflikasi dalam kehidupan sehari-hari, seperti yang di sampaikan oleh Sudirta, Pembelajaran matematika selama ini merupakan pelajaran yang berdiri sendiri (terpisah dari mata pelajaran lainnya). Pembelajaran matematika di sekolah sangat teoretik dan mekanisti (Sudiarta, dkk, 2005).
Sehingga siswa yang mempelajari matematika merasa jika ilmu yang sedang dia pelajari ini kurang bermakna atau bahkan dianggap tidak terlalu berguna dalam kehidupannya, dengan kata lain kebermaknaan matematika bagi siswa yang mempelajarinya dirasakan kurang atau mungkin bahkan dianggap tidak ada. Dan hal ini akan sangat mempengaruhi motivasi dan keberminatan siswa pada pelajaran Matematika, ditambah dengan stigma anggapan yang sudah mengakar dan terwariskan jika matematika adalah pelajaran paling menakutkan karena kesulitannya di pelajari di sekolah.
Permasalahan diatas tidak dapat kita biarkan begitu saja, karena pelajaran matematika merupakan satu komponen keilmuan yang tak dapat di tinggalkan dan dipisahkan dari keilmuan yang lainnya.
Permasalahan rendahnya kemampuan koneksi matematika siswa terjadi karena beberapa factor yang lahir dalam kegiatan belajar mengajar. Ketika kita membicarakan permasalahan kegiatan belajar mengajar maka kita akan membicarakan tentang guru, siswa, sekolah dan sarana prasarana serta media pembelajaan yang di gunakan.
Permasalahan rendahnya Kemampuan koneksi matematika siswa bias dikarenakan oleh factor kemampuan guru dalam memberikan pembelajaran tentang Matematika, atau kemampaun guru dalam menggunakan media pembelajaran matematika, atau bias juga karena memang media pembelajarannya yang tidak tersedia dan bias juga karena factor siswa yang memang sudah tidak memiliki motivasi untuk belajar. Namun yang jelas ketika hal ini di biarkan maka bukan hal yang mustahil jika akhirnya siswa tetap saja akan menganggap matematika sebagai pelajaran yang sukar tidak menarik dan akhirnya tidak termotivasi untuk mempelajarinya sehingga pada ujungnya kemampuan matematika siswa akan tetap rendah.
Hal yang berbeda akan terjadi ketika siswa menemukan kebermanfaatna matematika dalam hidupnya, siswa yang mengetahui manfaat yang akan mereka dapatkan setelah mempelajari sebuah topic akan berbeda motivasi belajarnya dengan siswa yang menganggap topic itu hanyalah sebatas topic dalam pelajaran mereka dan tidak menemukan manfaatnya apa setelah mereka memahami itu dalam kehidupan mereka nanti, sehingga kita akan menemukan sebuah kaitan dan pengaruh yang kuat antara kemampuan koneksi matematika siswa dengan motivasi belajar mereka teradap pelajaran matematika itu sendiri. Seperti hal nya kita yang akan membutuhkan pemahaman ilmu mengendarai kendaraan ketika kita memiliki kendaraan, sehingga waktu tenaga dan pikiran kita gunakan semaksimal mungkin agar kita dapat dengan cepat menguasai ilmu mengendarai kendaraan. Begitupun dengan siswa ketika mereka mempelajari matematika.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H