Pernyataan yang menyangkut kehormatan ibu atau pasangan sering kali menyentuh emosi seseorang. Hal ini terkait dengan nilai-nilai dan harga diri, baik bagi individu maupun keluarga. Istilah kasar atau merendahkan seperti mengatakan pelacur, tidak hanya menyakiti individu yang disebut, tetapi juga berpotensi menyinggung dan merendahkan martabat keluarga secara keseluruhan.
Reaksi emosional dalam situasi ini biasanya dipicu oleh rasa cinta dan tanggung jawab untuk melindungi, serta keinginan menjaga kehormatan orang-orang terdekat.
Dalam kondisi seperti ini, tindakan kekerasan sering kali muncul dari emosi yang tak terkendali. Meski emosi bisa begitu intens, menurut Ari Sumarto Taslim, seorang pemerhati masalah sosial, membunuh sebagai respons terhadap penghinaan tetaplah tindakan yang tidak dapat dibenarkan.
Beberapa orang yang tersulut emosi ekstrem mungkin kehilangan kendali, terutama jika mereka merasa harga diri atau kehormatan keluarganya diinjak. Namun, rasa terluka atau marah tidak bisa menjadi alasan untuk mengambil nyawa orang lain.Â
Mereka yang melakukan tindakan ekstrem dalam situasi ini biasanya kesulitan mengendalikan amarah atau terjebak dalam pola pikir yang melihat kekerasan sebagai solusi.
Tindakan kekerasan yang muncul dari kemarahan yang berubah menjadi agresi ekstrem menunjukkan kurangnya kontrol diri. Meskipun perasaan terluka atau marah adalah hal yang manusiawi, mengarahkan kemarahan tersebut pada tindakan fatal hanya akan memperburuk situasi dan membawa konsekuensi hukum serius.
Memahami cara mengelola emosi dan menyelesaikan konflik tanpa kekerasan adalah langkah penting untuk menghindari tragedi semacam ini. Hal ini menegaskan pentingnya kontrol diri dan pendekatan damai dalam menghadapi konflik, serta perlunya pendidikan emosional dan penyelesaian masalah secara konstruktif agar tragedi serupa tidak terulang.
Ketika kehormatan ibu atau istri terhina, wajar jika emosi seorang suami bisa terpicu. Namun, penting untuk tetap mengendalikan diri dan mencari solusi bijak agar tak ada pihak yang dirugikan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H