Mohon tunggu...
Dadan Hardian
Dadan Hardian Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis

Menyenangi healing dan mencintai keluarga serta menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Firasat

1 November 2024   02:11 Diperbarui: 1 November 2024   02:17 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jenazah akan dikebumikan. Foto: Facebook Bang Haji Rewok

Seorang ibu di sebuah desa kecil merasakan sesuatu yang janggal beberapa saat sebelum gempa mengguncang kampungnya. Sejak subuh, ia merasa gelisah dan tak tenang, meski pagi itu cuaca tampak cerah, tanpa tanda-tanda bahaya.

Irna (45 tahun), begitu kita sebut namanya, merasakan firasat yang sulit dijelaskan. Ia mengaku terdorong untuk keluar rumah bersama empat anaknya. Tak lama setelah mereka meninggalkan rumah, guncangan hebat terasa. Rumah-rumah di sekitar mereka bergetar keras, dan beberapa bangunan bahkan roboh. Meski banyak kerusakan, tak ada korban jiwa di desa tersebut.

Fenomena ini memunculkan pertanyaan: apakah ini yang dinamakan firasat? Reaksi seperti yang dialami Irna bisa jadi respons bawah sadar terhadap perubahan lingkungan, yang mungkin tidak selalu disadari oleh kita.

Firasat sering kali muncul secara tiba-tiba dan tidak selalu berdasarkan fakta atau logika, namun kadang terasa begitu kuat. Banyak yang menggambarkannya sebagai perasaan di dalam hati atau insting yang memberi peringatan akan sesuatu, baik positif maupun negatif.

Kehilangan orang terdekat, seperti pasangan, juga bisa memunculkan firasat akibat keterikatan emosional yang dalam. Ketika terjadi perubahan sikap, kesehatan, atau kebiasaan yang tak biasa, pasangan yang punya ikatan kuat kadang dapat merasakannya sebagai tanda.

Firasat ini sering baru disadari setelah peristiwa terjadi, karena dalam situasi emosional seperti kehilangan, pikiran kita cenderung mengingat hal-hal yang sebelumnya dianggap sepele. 

Perasaan firasat bisa saja sudah muncul sebelum kejadian, namun kerap diabaikan sebagai kecemasan biasa. Ketika akhirnya peristiwa itu benar-benar terjadi, ingatan akan firasat-firasat kecil itu muncul kembali, membuat kita merasa seakan telah mendapat tanda.

Dengan cara ini, seseorang mungkin bisa lebih siap menerima kehilangan, merasa bahwa mereka telah "diberi peringatan." Hal ini bisa membantu meredakan perasaan kaget atau tidak siap menghadapi perpisahan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun