Mohon tunggu...
Moch Dadang
Moch Dadang Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Cerdas Dulu, Baru Membaca Media di Indonesia

27 April 2015   22:16 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:37 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Mungkin banyak orang yang bertanya “bukankah dengan media masa kita bisa lebih cerdas ?” Memang dengan media masa kita bisa LEBIH CERDAS tapi perkataan lebih cerdas bukankah hanya untuk orang yang sudah lebih cerdas dulu ? bingung ? oke semisal ada orang yang lebih bodoh daripada biasanya. Bukankah orang itu sebelumnya sudah menjadi bodoh dahulu baru dia dikatakan   lebih bodoh daripada biasanya ? kalau masih bingung baca berkali-kali dulu. Kembali lagi ke topik

Negara Indonesia adalah negara yang mempunyai kekayaan beragam. Mulai dari budaya, suku, bahasa, sumber daya, dsb. Dengan beragam kekayaan tersebut Negara Indonesia bisa menjadi ancaman bagi negara-negara yang lain. Coba saja lihat beberapa bulan yang lalu ketika terjadi  bencana kebakaran hutan-hutan di Indonesia membuat negara-negara tetangga pada kalang kabut dan mengalami kekacaun dalam melakukan aktivitas sehari-hari karena asap yang dibuat dari kebakaran hutan tersebut. Walaupun itu bencana, itu menjadi salah satu bukti bahwa negara tetangga takut terhadap negara kita.

Dengan kekayaan yang beragam tersebut, Indonesia mengalami bahaya. Banyak oknum-oknum untuk memanfaatkan indonesia dengan berbagai cara. Mulai dengan nyata ataupun dengan sembunyi-sembunyi. Salah satunya lewat media masa. Hal ini yang menimbulkan saya menulis opini tentang medisa masa.

Kenapa saya mengambil judul “Cerdas dulu baru membaca media masa di indonesia!”  ?

Pertama dikarenakan menurut padangan saya media masa seolah-olah menjadi tumpangan atau perlindungan seseorang untuk memperoleh sesuatu. Bahkan berita saja bisa berbeda semisal atara media a dengan media b saja informasinya berbeda. Seperti liputan berita tentang pilpres kemarin antara stasiun televisi dengan stasiun televisi yang lain berbeda. Mereka berlomba-lomba meyakinkan publik bahwa mereka yang benar. Sehingga hal itu memunculkan kebingungan di masyrakat. Selain itu masih banyak berita yang memiliki perbedaan informasi dalam satu topik dan kebanyakan yang saya tau, perbedaan berita tersebut terjadi pada topik bersubjek yang memiliki kekuasaan tertentu.

Kedua yang paling bahaya dan sebab kenapa saya mengharus seseorang cerdas dulu untuk membaca media masa karena media masa bisa menjadi alat untuk mempengaruhi masyarakat entah untuk tujuan baik ataupun yang lain. Kalau tujuan baik sih saya tidak khawatir tapi kalau sebaliknya ? Bisa dibayangkan negara yang kaya ini bisa dengan mudah hancur atau terpecah belah bila tidak cerdas dalam mencerna atau meresapi sebuah informasi. Media masa ibaratnya pedang  bagi Indonesia, pedang yang lancip  yang bisa digunakkan untuk membunuh siapa saja, entah lawan ataupun pemegang pedang itu senidiri.

Tapi dilain itu, saya pribadi mengakui bahwa media masa memiliki banyak positifnya daripada negatif. Media masa selalu memiliki tujuan untuk mencerdaskan bangsa. Tetapi ingat sekecil apapun negatif itu, bisa membuat kekacauan yang luar biasa. Maka dari itu saya pribadi mengusulkan cerdas dahulu baru membaca media di Indonesia. Salam Ledre !!

NB: tulisan ini dibuat bukan untuk menjelekkan media masa atau menyudukan salah satu media masa tetapi tulisan ini dibuat dengan tujuan untuk mejaga persatuan Indonesia. Apabila terjadi kesalah EYD mohon dimaklumi, karena saya adalah murid SMA yang kebetulan belum pernah mendapatkan nilai sempurna di mata pelajaran Bahasa Indonesia

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun