Mohon tunggu...
Dadang Kusnandar
Dadang Kusnandar Mohon Tunggu... lainnya -

memasuki dunia maya untuk menjelajah dunia nyata

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Pohon Kasih Sayang

23 Juli 2012   03:59 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:43 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Membaca kitab suci kita dapati dialog menarik dan menguatkan logika yang berlangsung antara anak dengan orang tua. Nabi Ibrahim as dengan bapaknya yang pembuat patung, lantas patung itu dijadikan sesembahan. Luqmanul Hakim yang berpesan kepada anaknya. Nabi Nuh yang mengajarkan tauhid kepada anaknya, harapan nabi Zakaria kepada anaknya Yahya, dan berbagai kisah teladan yang dapat kita jenguk di kedalamannya. Dengan kata lain dialog anak dengan orang tua sesungguhnya telah diajarkan oleh para aulia, orang-orang suci yang membawa hikmah dan jalan terang.

Inilah sebabnya, sekali lagi, Ramadhan yang kerap dikatakan para ustadz di acara kuliah tujuh menit (kultum) menjelang pelaksanaan shalat sunnah Tarawih sebagai bulan introspeksi diri; memang harus diawali dari kita sendiri. Harus berawal ketika menempatkan anak di kedamaian rumah. Insya Allah anak yang kita posisikan sebagai kawan dialog, kelak tidak akan menjadi seorang yang otoriter yang hanya bisa memerintah lantaran kuasa dan kepemilikan. Anak yang kita tempatkan sebagai buah hati dan kawan bertutur/ berdialog dapat lebih mudah beradaptasi dengan lingkungan ketimbang anak yang diposisikan sebagai subordinasi orang tuanya.

Begitulah pembaca budiman, Hari Anak Nasional 23 Juli tahun ini, di bulan mulia yang digemari anak-anak kiranya menyegerakan kita untuk merefleksi perilaku tehadap anak yang selama ini mungkin saja tanpa disadari telah menempatkan anak sebagai subordinat. Mungkin juga kita memaksakan cita-cita yang tak sampai kepada anak dengan berbagai cara. Tanpa disadari kita menciptakan ruang yang bernama kesenjangan itu kepada anak, sehingga anak takut kepada orang tua. Menjadi orang tua yang bijak mau tidak mau harus berawal dari kedamaian rumah.

Menempatkan anak sebagai kawan dialog pada akhirnya membuat anak nyaman dan mudah beradaptasi dalam pergaulan sosial. Hubungan emosional yang terbangun antara anak dengan orang tua insya allah tidak berakhir pada pergaulan bebas yang menghawatirkan. Anak kelak menjadi diri sendiri tanpa baying-bayang orang tuanya. Dan untuk merealisasikannya, maka tumbuhkan pohon kasih sayang di rumah kita.***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun