Mohon tunggu...
Dadang Kusnandar
Dadang Kusnandar Mohon Tunggu... lainnya -

memasuki dunia maya untuk menjelajah dunia nyata

Selanjutnya

Tutup

Politik

Partai Demokrat, Kuasamu Perlahan Terjerembab ke Labirin Gelap

15 Juli 2012   00:56 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:57 345
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Makin getol PD melakukan pencitraan makin berkembang joke politik di masyarakat. Pengetahuan dan informasi yang kian terbuka memungkinkan sikap kritis sehingga tidak serta merta pencitraan PD berhasil meraih simpati masyarakat. Celakanya, apa pun yang dilakukan pemerintahan SBY yang berhubungan langsung dengan masyarakat, (sebut saja pencairan gaji ke-13 bagi pejabat, Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan pensiunan pada bulan Juni 2012), ditengarai sebagai money politic bagi aktivitas politik yang secara berkala dilakukan lima tahun sekali itu. Pilkada DKI.

Mengutip sebuah sumber berita tertulis: pejabat, pegawai negeri, dan pensiunan bakal mendapatkan gaji ke-13 sejak bulan Juni 2012. Tunjangan dan gaji ke-13 itu tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2012 yang diteken Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 28 Mei 2012. Sesuai dengan peraturan itu, pegawai negeri adalah pegawai negeri sipil (PNS), anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI), dan anggota Kepolisian Republik Indonesia (Polri). Pejabat negara adalah dari Presiden, Wakil Presiden; ketua, wakil ketua, dan anggota MPR, DPR, BPK, KPK, Komisi Yudisial, menteri, dan jabatan setingkat menteri, ketua, wakil ketua, dan hakim Mahkamah Konstitusi, MA, hakim pada Badan Peradilan Umum, PTUN, Peradilan Agama, dan Peradilan Militer; gubernur dan wakil gubernur, serta bupati/wali kota dan wakil bupati/wakil wali kota.

Pencitraan sekali lagi bukan citra. Citra terbentuk lantaran produk/subjek/komoditi yang dicitrakan memang pantas memperolehnya. Sementara pencitraan adalah kebalikan citra. Dua kutub berseberangan inilah yang menjadi salah satu parameter kemenangan pasangan Jokowi Ahok pada pilkada DKI yang baru digelar. Pilkada yang menyisakan sejumlah kepedihan, terutama bagi pasangan Foke Nara, incumbent yang terguling meski didukung dana kampanye paling besar dibanding pasangan lainnya. Pilkada yang juga menyisipkan pesan bahwa di seberang sana, ada suara yang sayup terdengar, "Partai Demokrat saat ini kuasamu perlahan terjerembab ke labirin gelap".

*Penulis lepas, tinggal di Cirebon

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun