Sore kembali hadir. Meski lebih sunyi dari sebelumnya, tapi lebih sarat makna. Sore hari ini tak lagi mengumbar rindu. Hanya saja, sepi terdengar lebih merdu. Ya. Lebih merdu. Coba dengar dengan seksama. Merdukan?
Saya, dengan kemampuan menulis yang jauh lebih buruk dari yang lain, tetap mencoba berunding dengan waktu. Saya berpendapat, saya tak boleh kalah dengan dahsyatnya kebodohan tentang sore. Ini bukanlah kompetisi yang mencari pemenang. Tapi, saya adalah manusia yang mempunyai akal dan usaha, juga doa. Dan kamu? Yang pandai membaca ribuan lembar buku, jutaan kata. Sungguh bekal yang banyak bukan? Cobalah mengalahkan kebodohan.
Lalu saya berhenti sejenak pada satu titik. Di belakang gedung tinggi dengan hamparan tanah beserta pohon. Sembari bercengkrama dengan buku. Sebotol air mineral dan kopi hitam serta sebungkus rokok. Senang pun datang. Sore ini terasa lebih ramai.
Oh ya, karena kita telah melewati sore yang sama meski di tempat yang berbeda, adakah hal baru yang kita pelajari hingga sore ini? Atau kita hanya melewatkan sore seperti kemarin hingga bulan hadir? Semoga, malam tidaklah terkutuk karena tak memberikan penyesalan.
Menyapa sore, menyambut malam, dan begitu seterusnya.
Gedung FIS V, Sastra UNHAS.
@dadang_fresh
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H