Kota Tasikmalaya tidak hanya dikenal sebagai Kota Santri karena banyaknya pesantren di Kota ini. Namun Kota Tasikmalaya juga dikenal sebagai Kota Pusat Kerajinan. Hal ini seiring perkembangan industri kreatif di Kota Tasikmalaya. Banyak ragam kerajinan yang terdapat Kota Tasikmalaya.
Saat ini selain batik, kelom geulis dan payung geulis, industri kerajinan bordir berkembang pesat dan menjadi produk unggulan Kota Tasikmalaya.
Perkembangan industri kerajinan bordir ini sangat berperan dalam meningkatkan perekonomian Kota Tasikmalaya. Bordir khas Tasikmalaya telah menjadi pelengkap khazanah kekayaan industri kreatif di nusantara.
Industri kerajinan merupakan salah satu penopang pertumbuhan ekonomi di Kota Tasikmalaya khususnya sektor industri pengolahan. Berdasarkan pendekatan nilai produksi, Industri Pengolahan merupakan kategori lapangan usaha tertinggi ketiga di Kota Tasikmalaya setelah Perdagangan dan Konstruksi.
Data BPS tahun 2019 menyebutkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Lapangan Usaha Kota Tasikmalaya didominasi oleh Perdagangan dengan 22,76 persen.
Di urutan kedua Konstruksi dengan 15,97 persen dan di urutan ketiga industri pengolahan sebesar 14,19 persen. Nilai PDRB atas dasar harga berlaku kategori lapangan usaha industri pengolahan Kota Tasikmalaya mencapai lebih dari Rp. 3,000 trilyun.
Perkembangan industri kreatif ini diperkuat juga dengan adanya Undang-Undang Nomor 24 tahun 2019 tentang Ekonomi Kreatif. Undang-undang ini bertujuan untuk mengoptimalkan kreativitas sumber daya manusia yang berbasis warisan budaya, ilmu pengetahuan dan/atau teknologi.
Pengelolaan Ekonomi Kreatif dan potensinya perlu dilakukan secara secara sistematis, terstruktur dan berkelanjutan. Melalui pengembangan Ekosistem Ekonomi Kreatif yang memberikan nilai tambah pada produk Ekonomi Kreatif yang berdaya saing tinggi, mudah diakses dan terlindungi secara hukum.
Membaca catatan sejarah masuknya kerajinan bordir di Tasikmalaya tidak lepas dari peran sosok hj. Umayah. Seorang penduduk asli Kota Tasikmalaya yang memiliki pengalaman bekerja di perusahaan Amerika Serikat “Singer” yang ada di Indonesia saat itu.
Sejak tahun 1925, berbekal keahliannya selama bekerja di perusahaan tersebut beliau mulai membuka usaha kecil membuat kerajinan bordir di Kelurahan Tanjung Kecamatan Kawalu di mana dia tinggal.
Beliau membagi keahliannya kepada kerabat dan penduduk sekitar. Atas kegigihannya membina pengrajin lainnya usaha bordirnya berkembang pesat. Seiring peningkatan skala pesanan bordir dari berbagai tempat. Tidak hanya dari Tasikmalaya termasuk dari luar Tasikmalaya.