Beberapa pengrajin yang ditemui mengeluhkan semakin sulitnya memperoleh bahan baku buah kelapa. Kelapa yang digunakan terpaksa harus mendatangkan dari Pulau Sumatera. Selain lebih murah, kelapa lokal memiliki kandungan minyak sedikit karena kelapa yang digunakan harus kelapa tua. Selain faktor kelangkaan bahan baku, faktor harga kelapa yang terus naik menjadi kendala lainnya. Sebelum pandemi covid-19, dari 1.000 butir kelapa tua per hari yang diolah akan memproduksi 80 kilogram galendo dan 100 kilogram minyak keletik. Minyak kelapa ini mampu bertahan selama 6 bulan hingga 1 tahun lamanya.
Pemerintah Daerah setempat telah berupaya mengatasi kendala kekurangan bahan baku agar pengrajin makanan khas Kabupaten Ciamis ini bisa tetap bertahan. Pada tahun 2016, Bupati Ciamis Iing Syam Arifin saat itu menggelorakan semangat penanaman pohon kelapa di seluruh wilayah Tatar Galuh Ciamis. Program yang dinamakan Gema Balaka (Gerakan Masyarakat Babarengan Melak Kalapa) dengan menargetkan 1 juta pohon.
Jika berkunjung ke Kota Ciamis, mampirlah ke Pasar Manis Ciamis. Anda akan menjumpai para penjual galendo original yang sudah dipadatkan dengan harga terjangkau. Galendo dalam bentuk kemasan dan rasa lainnya juga bisa didapatkan di toko oleh-oleh pusat Kota Ciamis atau langsung ke pengrajinnya yang berada tidak jauh dari pusat kota.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!