Mohon tunggu...
Dadang Setiawan
Dadang Setiawan Mohon Tunggu... Freelancer - Manusia biasa-biasa saja

You'll Never Walk Alone. YNWA!

Selanjutnya

Tutup

Diary

Ingat Utang, Lupa Bayar

21 September 2024   09:07 Diperbarui: 21 September 2024   09:08 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Profesi mertuaku adalah kepala tukang. Dengan dibantu beberapa orang tukang bangunan, mertuaku membangun sesuai gambar yang diberikan. Setelah selesai, maka mertuaku akan dibayar sesuai kesepakatan.

Masalahnya, terkadang pemilik modal tidak menepati kesepakatan pembayaran. Tanpa merasa bersalah, mereka tidak melunasi kewajibannya yang berarti pemilik modal mempunyai utang.  

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), "Utang" didefinisikan sebagai uang yang dipinjam dari orang lain atau kewajiban membayar kembali apa yang sudah diterima.

Dalam Islam, membayar utang adalah kewajiban yang harus ditunaikan oleh orang yang berutang. Islam melarang umatnya untuk meninggal dalam keadaan memiliki utang, karena utang bisa menjadi pemberat dan penghapus kebaikan kelak saat dihisab di akhirat. Islam juga mendorong agar orang yang sudah mampu membayar utang untuk segera melunasi utangnya secepat mungkin.

Hari ini mertuaku bercerita kalau dia bertemu dengan seorang sahabat lamanya di resepsi pernikahan anak sahabat mereka. Setelah mereka lama bercerita tentang indahnya persahabatan mereka, tentang lika-liku kehidupan setelah lama tidak bertemu, akhirnya sahabatnya itu memberitahu mertuaku jika dia masih mempunyai utang ke mertuaku. Kira-kira sekian jumlahnya, kata sahabat lamanya tersebut.

Dulu, cerita mertuaku, karena ada kewajiban membayar upah anak buah, mertua menagih utang ke temannya itu. Tapi, temannya, dengan alasan proyeknya merugi, tidak mau membayar apa yang diminta mertuaku. Berkali-kali mertuaku datang menagih dan berkali-kali pula temannya berkelit.

Akhirnya mertuaku tidak lagi datang menagih karena merasa seperti pengemis padahal itu 'kan hak dia untuk menagih. Apalagi seiring waktu mereka jarang bertemu, akhirnya mertuaku melupakan hutang itu, meski kerap kali mertua mengungkit orang-orang yang mempunyai hutang ke dia. Sebagai manusia, wajarlah jika kita tidak bisa melupakan orang-orang yang menyakiti kita.

Anehnya, kata mertuaku, kenapa didepan orang banyak yang hadir di acara pernikahan itu, dia mengungkit bahwa dia punya utang. 'Kan malu. Padahal tidak perlu bicara, cukup bayar. Mosok, ingat utang, tapi lupa bayar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun