Hidup ini adalah rangkaian ketidaksengajaan yang diselipkan beberapa keajaiban
Diperjalanan yang panjang dan penuh keajaiban tersebut, tentunya tidak gue alami dengan mulus dalam prosesnya. Sangat banyak lika-liku serta masalah yang gue hadapi, bahkan hanya untuk sekedar bertahan hidup susahnya minta ampun.
Setiap gue menghadapi titik terendah yang benar-benar menimbulkan luka di hati selama diperjalanan, gw catet se-detail mungkin dalam Note, karena gue yakin titik-titik yang gue kumpulkan didalam catatan ini akan menjadi motivator terbaik gue ketika nge-down.
Berikut adalah kumpulan Pain yang gue rasain & menjadi pembentuk pribadi gue di masa Quarter Life Crisis:
- Merantau ke daerah yang baru, sebut saja Batam dan hidup menumpang selama 3 bulan, pindah sana pindah sini, hilir mudik bersama ketidakjelasan
- Pergi ke luar negeri tanpa membawa dollar sepeserpun
- Makan nasi dingin yang sudah mengeras disiram dengan minyak goreng beserta sisa bumbu penyedap rasa, saat lapar ditengah malam
- Mengumpulkan uang recehan koin seratus dan dua ratus untuk membeli Indomie buat makan malam
- Merantau ke Jakarta hanya bermodalkan 200 ribu, berdua sama orang tersayang dan gak tau harus tinggal dan nginap dimana ketika sampai di Ibukota
- Terusir disaat numpang nginap di kos seorang sahabat, dan saat itu belum punya seorangpun teman dekat lainnya di Jakarta
- Harus menumpang dikamar seseorang yang baru dikenal
- Pulang Lebaran harus menumpang bus bersama mahasiswa dengan perjalanan 2 hari 2 malam Jakarta-Riau
- Harus berjuang survive di Jakarta dengan hidup menumpang, modal pas-pasan bahkan kurang, serta ditinggal orang yang disayang
- Berhutang (gak besar sih, 7 juta aja) untuk melanjutkan hidup dan bekerja dibawah tekanan di Jakarta, tanpa seorangpun mengetahuinya
- Berkunjung ke kota orang (Seperti Manado, Makassar, Lombok) dengan uang pegangan tidak lebih dari 300.000 saja (Itupun minjam)
- Harus resign dan nganggur untuk mengejar impian gila, tanpa income bahkan hingga 6 bulan dan hidup bersama hutang di sekeliling pinggang
- Berangkat ke Jakarta hanya dengan modal 150.000 rupiah, dan herannya masih bisa melanjutkan hidup sampai sekarang
- Ulang tahun di usia yang ke 25, which is salah satu ulang tahun teristimewa, dan seharusnya bersyukur sudah berumur seperempat abad. Tapi nyatanya hanya hidup dengan Rp. 26.000 di dompet, 26.000 di atm (untung aja di Kampus UI bisa narik pecahan 20.000), sedang menjalani puasa sunnah senin (tanpa sahur dan gak tau makan apa disaat berbuka), harus berjalan kaki di tengah panas terik Depok mencari alamat untuk melamar kerja, serta malamnya harus ngungsi ke tempat teman yang berjarak sekitar 2 jam perjalanan karena takut diminta traktiran ulang tahun. Dan hanya gue sendiri yang tau masalah ini.
- Backpackeran dari Jakarta -- Bandung -- Cilacap -- Yogyakarta dengan menumpang dan dibayarin karna tidak ada pegangan yang cukup, modal awal 10.000 saja
- Backpackeran dari Yogyakarta menuju Bali dengan modal Rp. 300.000
- Harus tidur diatas dinginnya pasir pantai kuta sambil berharap rezeki turun dari langit, dan menumpahkan semua masalah disana
- Terlilit hutang dengan jumlah yang sangat lumayan untuk seorang perantau yang kuper (Lebih dari Rp. 10.000.000), hidup menumpang, dan income kedepan yang gak pasti
Dibawah titik-titik pain yang gue kumpulkan ini, gue catet dengan tulisan tebal kalimat yang selalu menjadi turning point gue ketika berada di titik terendah, dan menjadi pembakar semangat gue agar lebih bekerja keras dalam hidup, pantang menyerah serta nothing to lose dalam mengejar sesuatu yang gue inginkan.
Kalimat turning point tersebut adalah:
Â
That's why I don't want to be poor any more, and I hate being poor!!!
That's why I have big dream and big motivation to be RICH!!!
And I don't want to lose every opportunity to get RICH and Inspiring others!!!
Â