Sebelum merantau ke Batam, gue beristirahat sejenak dari tanah rantau. Karena memang sejak 2010 gue udah merantau ke Pekanbaru untuk kuliah, dan sejak 2014 udah jarang pulang kerumah orang tua di Dumai karna gue lebih memilih untuk backpackeran ke Jawa ataupun berpetualang ke Padang Sumatra Barat.
Maka pada September 2015, inilah saatnya gue untuk istirahat dan mengabdi sejenak membantu keluarga dirumah mulai dari menyapu, nyuci piring, serta nganterin adek paling bungsu pergi sekolah dan les.
Namun apalah daya, gue yang bosenan, hanya bertahan sebentar ditanah kelahiran. Hari-hari gue isi dengan pikiran stress yang tak kunjung mendapat kejelasan soal pekerjaan, gue pun mulai mengantar surat lamaran mulai dari Pegawai Bank, BPJS, Guru Honor, hingga bekerja Pabrik di Kawasan Industri Dumai. Ya, Kota Dumai tercinta ini memang terkenal sebagai Kota Industri dan sangat banyak lowongan untuk bekerja pabrik disana.
Tapi itu semua bukanlah pekerjaan pilihan gue, dan nggak sesuai dengan keinginan gue yang ingin berkeliling Indonesia. Melamar kerja hanyalah paksaan dari Mama, dan karna setengah hati, tak satupun pekerjaan yang hinggap. Bukannya sedih, gue malah bersyukur.
Hingga akhirnya, akhir bulan september 2015, dikala masih belum mendapat kejelasan soal pekerjaan, gue memutuskan untuk kembali packing barang-barang dan mulai menyicil puzzle tempat-tempat yang gue kunjungi.
Awal oktober, gue izin balik ke Pekanbaru, dengan alasan mengambil ijazah. Dan, maafkan ya anakmu ini ma, pa, karna sejak saat itu abang udah berniat untuk langsung explore Indonesia, begitu ijazah sudah ditangan. Anakmu ini ingin backpackeran, mencari pekerjaan di tanah rantau, apa saja, asalkan untuk bertahan hidup. Dan gue beruntung memiliki ijazah S1 dan bisa sedikit berkomunikasi Bahasa Inggris.
Yang sangat disayangkan adalah niat ini gue pendam, nggak dibicarakan dulu kepada keluarga, karna gue udah bisa menebak hasilnya,Â
Tidak Boleh!!
Begitu ijazah sudah bisa diambil, gue langsung menyegarkan pikiran dengan mendaki Gunung Talang yang ada di Sumatra Barat, 2 malam gue habiskan disana bersama teman-teman, kopi, indomie, dan lagu Budi Doremi, sambil berpikir lebih dalam tentang hidup dan menentukan purpose of life.