Mohon tunggu...
Dadang Dwi Septiyan
Dadang Dwi Septiyan Mohon Tunggu... Dosen - Pendidik Musik dan Peneliti Pendidikan Seni

Music Addict

Selanjutnya

Tutup

Music Pilihan

Masih Perlukah Lagu Anak untuk Anak-Anak Kita?

15 Februari 2024   11:27 Diperbarui: 15 Februari 2024   11:33 551
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lagu-lagu anak , seperti Bunda Piara, Lihat Kebunku, Burung Kutilang, dan Menanam Jagung memiliki peranan yang sentral dalam pertumbuhan dan perkembangan anak, yakni sebagai sarana ekspresi diri dan pendidikan dalam rangka meningkatkan hidup dan kualitas manusia. Karena itu, anak-anak sejak dini perlu mendapatkan asupan lagu yang mampu menumbuhkan rasa saling berbagi, gotong-royong, cinta lingkungan, dan cinta tanah air. Lagu anak yang baik selalu mengandung moral yang disampaikan melalui lirik-lirik dalam lagu anak.

Saat ini kerap dijumpai anak-anak yang menyanyikan lagu dengan lirik yang tidak sesuai dengan umur dan perkembangan anak, karena yang dinyanyikan adalah lagu orang dewasa yang mengandung lirik cukup tidak pantas untuk dinyanyikan anak. Salah satu sebabnya, jarang dijumpai acara atau program khusus untuk anak-anak yang menayangkan lagu-lagu anak klasik, seperti karangan A.T. Mahmud, Ibu Sud, Pak Kasur, Bu Kasur, dan pengarang lagu anak legendaris lainnya. Hal demikian menimbulkan kekhawatiran di kalangan orang tua dan para pendidik sehingga ada upaya atau gerakan memunculkan kembali lagu-lagu anak di kalangan masyarakat.   

Pertanyaannya, apakah lagu anak memang benar-benar penting di dunia pendidikan? Lagu seperti apakah yang dimaksud sebagai lagu anak? Bukannya ketika anak sudah tahu lagu yang mereka inginkan, lalu lagu tersebut memang dapat mendukung potensi mereka, dan dapat menjadi modal ideal si anak di masa depan, bukankah lagu tersebut sudah tepat bagi mereka?

Pada masa Orde Baru, tepatnya pada Peristiwa Mei 1998, perekonomian Asia runtuh hingga berimbas ke Indonesia. Saat itu krisis keuangan menerpa hampir seluruh Asia Timur pada Juli 1997. Kondisi tersebut membuat Indonesia terpaksa mengandalkan bantuan finansial dari Dana Moneter Internasional (IMF). Indonesia dibawah kepemimpinan Presiden Soeharto pada 31 Oktober 1997 meminjam dana sebesar 23,53 miliar dolar AS. Program reformasi ekonomi yang disarankan IMF mencakup empat bidang yakni penyehatan sektor keuangan, kebijakan fiskal, kebijakan moneter dan penyesuaian struktural. Pada saat itu juga, Cindy Cenora, penyanyi cilik yang sering menghiasi layar kaca dengan lagunya yang berjudul Krismon dan Aku Cinta Rupiah, yang seakan-akan mewakili persoalan zaman. Apakah lagu tersebut mewakili imajinasi atau pengalaman anak? saya rasa tidak mewakili sama sekali. Sejauh ini yang dapat memanfaatkan rupiah ya para orangtua. Lalu lagu yang berjudul Krismon dan Aku Cinta Rupiah itu lagu anak atau lagu untuk orangtua?

Persoalan lain muncul ketika penampil anak-anak manapun yang didapuk menjadi selebriti, maka anak itu terpaksa harus setuju bahwa ia sedang dieksploitasi sebagai pekerja. Berkuranglah waktu observasi anak terhadap lingkungan di usianya, berkurang pula waktu untuk berinteraksi dengan berbagai macam teman tanpa mesti terjadi sekat-sekatan, karena anak itu sudah dianggap idola oleh anak-anak lain yang tentu bukan selebritis. Belum lagi jika anak itu menjadi brand ambassador berbagai produk dan diekspos habis-habisan di media. Anak menjadi mesin bisnis, sementara ada hak yang lebih penting baginya yaitu pendidikan yang layak serta seimbang untuk memiliki porsi bermain, dan kesempatan untuk berkembang secara ideal.

Apakah ini yang bisa disebut sebagai situasi ideal untuk anak? Apakah cara tersebut sudah relevan diterapkan kepada anak-anak kita? sepertinya kita perlu menilik lagi situasi yang ideal untuk anak berdasarkan kehidupan mereka, sehingga tidak mengorbankan masa kanak-kanak mereka. 

Bagi saya, lagu anak adalah lagu yang benar-benar lirik nya ditulis oleh anak itu sendiri, atau bisa juga yang menciptakan lirik adalah orangtua, dengan catatan lirik yang diciptakan itu berdasarkan imajinasi anak-anak yang dirujuk dari hasil observasi langsung kepada anak-anak, seperti membiasakan anak-anak untuk bercerita tentang kesehariannya dan berdialog dengan anak untuk mengetahui minatnya terkait lingkungan hidup. Dari situlah, cerita tentang keseharian dan argumentasi anak memberikan sumbangsih ide serta fantasinya untuk kita para orangtua membuatkan lirik lagu sesuai kebutuhan mereka.

Nah, seberapa penting peran lagu anak di dunia pendidikan? Penting, asalakan anak itu sendiri yang membuat! atau minimal dengan catatan penting yang saya sampaikan di atas.

Penulis: Dadang Dwi Septiyan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun