Mohon tunggu...
Dadang Pasaribu
Dadang Pasaribu Mohon Tunggu... -

pengembara mengikuti jalan yang ditempuh pengembara sebelumnya dari gelap hingga terbitnya matahari

Selanjutnya

Tutup

Politik

Ritual Perayaan : Warisi Apinya Bukan Abunya

18 Agustus 2015   17:05 Diperbarui: 18 Agustus 2015   18:16 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Bagaimana memperoleh api kesatria? Api kesatria yang hidup menyala ditempa oleh segenap penderitaan hidup bukan oleh segenap kekayaan. Api kesatria yang hidup menyala hidup dari para pemantik yang berbudi pekerti luhur bukan berasal dari pemimpin yang selalu membeli suara rakyat. Api kesatria yang hidup menyala tumbuh dari guru-guru alam semesta bukan dari guru-guru yang sibuk menjual ijazah. Api kesatria yang hidup menyala tumbuh dari alam semesta raya, dengan seluruh perjalanan yang ada di alam nusantara.

Para kesatria telah menggadaikan dirinya keharibaan Tuhan Yang Maha Kuasa. Dengan tulus ikhlas berjuang memerdekakan bangsa dari penjajah. Para kesatria kesuma bangsa telah mengkesampingkan pribadi dan keluarganya dengan menomorsatukan bangsa dan negara. Merekalah para negawaran sejati yang berjuang untuk kepentingan negara bukan untuk tujuan pribadi. Penderitaan dan jerit tangis anak bangsa yang sudah 300 tahun di jajah lah yang membuat mereka banyak belajar. Pedihnya kehidupan yang membuat mereka banyak tersadar bahwa hidup tidak bisa hanya berpangku tangan, kemerdekaan mesti diperjuangkan bukan ditunggu. Kenyataan hidup lah yang membuat para kesatria memiliki pengalaman yang sejati yang terpatri kuat dalam sanubari. Alam terhampar telah menjadi guru yang bijak bagi mereka.

Penutup

Genap sudah usia Republik 70 tahun. Masalah masih menumpuk, penderitaan rakyat masih muncul dimana-mana. Meski sudah 70 tahun, ternyata segala sesuatunya masih jauh dari harapan. Meski tak ada lagi yang datang menjajah, namun kita tetap saja masih terkungkung, masih terpasung oleh kuatnya cengkeraman asing. Hanya saja, kini kita tak sekuat dulu. Kini kita tak lagi memiliki guru yang hebat. Kita kalah oleh keinginan dan ego pribadi maupun kelompok kita masing-masing. Kita masih sibuk untuk kepentingan sesaat dan materiil. Kita belum mensasar kepentingan jangka panjang dan ideologis. Sudah 70 tahun kita hanya bisa melakukan perayaan belum mencapai substansial. Cita kemerdekaan semakin juah dari kenyataan. Dirgahayu Kemerdekaan RI yang ke-70.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun