Mohon tunggu...
Dadang Irwanto
Dadang Irwanto Mohon Tunggu... Guru dan AGEN MAJALAH ISLAMI -

Saya adalah Guru BTQ SD KP 02 PKL; Guru PAI SMA 3 PKL; Agen Majalah Islami Ar Risalah, Adzkia dan Hujjah dan Guru TPQ Darussalam klego pekalongan

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Hadiah, Perekat Hati yang Indah

28 Juli 2015   15:36 Diperbarui: 11 Agustus 2015   20:53 554
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Dalam dakwah betapa banyak orang yang semula memusuhi dakwah menjadi lunak bahkan menjadi pendukung dengan akhlaq karimah yang kita berikan kepadanya. Salah satunya dengan hadiah yang kita berikan.

Dalam sebuah riwayat dari sahabat Abdullah bin Mas’ud, Rasulullah bersabda, “Hadirilah orang yang mengundang, janganlah kalian menolak hadiah dan janganlah kalian memerangi kaum muslimin.” (HR. Ahmad).

Dalam menerima hadiyah, Rasululah tidak membedakan-bedakan antara sedikit dan banyak. Beliau tetap menerima hadiah meskipun sedikit.

Dalam sebuah hadits, Abu Hurairah menuturkan bahwa Rasulullah bersabda,

لَوْ دُعِيتُ إِلَى ذِرَاعٍ أَوْ كُرَاعٍ لَأَجَبْتُ وَلَوْ أُهْدِيَ إِلَيَّ ذِرَاعٌ أَوْ كُرَاعٌ لَقَبِلْتُ

“Seandainya aku diundang untuk jamuan makan sebesar satu paha depan (kambing) atau satu paha belakangnya, pasti aku penuhi dan seandainya aku diberi hadiah makanan satu paha depan (kambing) atau satu paha belakang pasti aku terima.” (HR. Bukhari).

Seringkali rasa bakhil muncul tatkala ingin memberi hadiah kepada seseorang. Asumsi bahwa dengan memberikan hadiah akan mengurangi jatah rezeki yang sudah menjadi bagiannya. Belum lagi munculnya perasaan jikalau hadiah yang kita berikan belum tentu diterima dan seabrek praduga-praduga yang lainnya. Dengan melatih jiwa untuk memberikan hadiah meskipun sedikit akan menjadi pembiasaan bagi jiwa untuk berderma.

Dalam sebuah hadits Abu Hurairah menuturkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Wahai wanita-wanita muslim, janganlah seorang budak wanita menganggap remeh memberi hadiah budak wanita lainnya sekalipun hanya sebesar kubangan karena diinjak kambing.” (HR. Bukhari).

Maksud dari hadits ini adalah Nabi mendorong para muslimah untuk memberi hadiah kepada budak-budaknya meskipun dengan sesuatu yang amat remeh. Karena sedikit lebih baik daripada tidak sama sekali. Ini menunjukkan rasa cinta yang dalam kepada sesama.

Namun jika kita terpaksa menolak sebuah pemberian karena beberapa pertimbangan hal itu tidak mengapa. Asalkan diberikan penjelasan kepada yang memberi dengan penjelasan yang jelas supaya tidak menimbulkan prasangka yang tidak baik. Hal ini didasarkan pada sebuah hadits, “Dari Abdullah bin Abbas dari Ash-Sha’bi bin Jatsamah Al Laitsiy bahwa dia (Ash-Sha’bi) memberi hadiah kepada Rasulullah berupa seekor keledai yang liar saat beliau berada di Abwa’ atau di Waddan. Lalu Beliau mengembalikan hadiah itu kepadanya. Ketika beliau melihat apa yang ada di wajahnya, Beliau berkata, ‘Kami tidak bermaksud menolak hadiah darimu, namun ini tidak lain karena aku sedang berihram’.” (HR. Bukhari).

Ibnu Hajar berkata, “Dalam hadits di atas terdapat penjelasan untuk tidak menerima hadiah bagi yang tidak pantas untuk menerimanya.” Misalkan kita diberi makanan oleh seseorang sedangkan kita masih mampu, sedangkan tetangga kita dalam kondisi kelaparan. Maka tidak apa-apa kita menolak pemberian tadi kemudian menunjukkan kepada orang yang lebih berhak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun