Sejak tadi malam di layar grup gadget saya ada kiriman, Pakaian naon besok teh pan hari santri, naha pamegetna bade ngarange kerepus jangkung? Muncul dalam benak saya satu symbol "kerepus jangkung" berkorelasi dengan "santri". Maka muncul pula dalam benak saya satu sudut pandang yang mengingatkan saya pada semiotika. Sudut pandang adalah titik awal sesuatu dikaji secara mendalam. Semiotika saya jadikan salah satu titik tumpu saya memandang, menafsir sesuatu.Â
Hari Santri yang diperingati setiap 22 Oktober merupakan momen penting dalam menghargai kontribusi santri terhadap perjuangan kemerdekaan Indonesia. Dari sudut pandang semiotika, perayaan ini dapat dianalisis melalui berbagai simbol dan makna yang terkandung dalam elemen-elemen yang terkait dengan identitas santri.
Simbolisme dalam Logo Hari Santri 2024
Logo perayaan Hari Santri Nasional sering kali menjadi titik fokus dalam analisis semiotika. Logo tersebut tidak hanya berfungsi sebagai identitas visual, tetapi juga menyimpan makna mendalam tentang perjuangan dan nilai-nilai yang dianut oleh santri. Misalnya, elemen visual seperti lambang kobaran api dan simbol "Nun" di dalam logo menggambarkan semangat juang dan dedikasi santri terhadap pendidikan serta komitmen mereka terhadap nilai-nilai kebangsaan
Analisis semiotika Charles Sanders Peirce dapat membantu memahami makna tanda dalam logo Hari Santri Nasional 2024 dengan menggunakan prinsip-prinsip dasarnya tentang tanda, objek, dan interpretansi.
Charles Sanders Peirce mengemukakan teori semiotika yang berbasis pada konsep trikotomi, yaitu representamen (tanda), objek (yang dirujuk), dan interpretant (makna yang dihasilkan). Ini membantu kita memahami bagaimana tanda mengandung makna tersembunyi.
Trikotomi Semiotika
Representamen (Sign), yaitu elemen visual dalam logo seperti lambang kobaran api, jaringan digital, simbol "Nun", jalinan tiga warna merah, hijau, kuning, dan goresan tinta "Menyambung Juang Merengkuh Masa Depan". Sign ini meliputi Qualisign, yaitu tanda yang menjadi pertanda berdasarkan sifatnya. Contoh lambang kobaran api yang merepresentasikan energi dan semangat. Sinsign, yaitu tanda yang menjadi pertanda berdasarkan bentuk rupanya di dalam kenyataan. Contoh simbol "Nun" yang unik dan dapat diidentifikasi sebagai pencapaian menuju pencerahan "nur" atau tafsir lain yang sangat individual. Legisign, yaitu tanda yang menjadi pertanda berdasarkan suatu peraturan yang berlaku umum.Â
Objek, yaitu hal yang dirujuk oleh tanda terdiri atas icon, yaitu mengandung kemiripan 'rupa' dengan apa yang diwakilinya. Contoh kobaran api yang mirip dengan api nyata. Index, yaitu menunjukkan hubungan langsung dengan objeknya. Contoh digital network yang menunjukkan aktivitas online. Symbol, yaitu memiliki makna konvensional. Contoh simbol "Nun" yang memiliki makna spiritual.
Interpretant, yaitu makna yang dihasilkan. Makna interpretansi dapat berkisar dari makna simbolik hingga konteks sosial dan budaya. Misalnya, goresan tinta "Menyambung Juang Merengkuh Masa Depan" merepresentasikan komitmen santri terhadap nilai-nilai leluhur berkebangsaan dan berkeberagaman.
Melalui analisis semiotika Charles Sanders Peirce, logo Hari Santri Nasional dapat dijelaskan sebagai sebuah sistem tanda yang kompleks. Elemen-elemen visual dalam logo bukan hanya sekadar gambar, tetapi merepresentasikan identitas, nilai, dan peran santri dalam era modern. Dengan memahami trikotomi semiotika---representamen, objek, dan interpretant---kita dapat mengidentifikasi makna tersembunyi di balik setiap elemen visual dalam logo tersebut sehingga memahami betapa kuatnya ikonografi dan simbologi yang terkandung dalam perayaan hari spesial bagi para santri.