Betapa takut aku akan kabut
Bagai menyusuri tepi jurang tanpa peta
Jarum kompas pun berputar mengikuti rasa
Tak ada tanda tak ada cahaya
Betapa menakutkan kabut itu
saat senja jatuh di Gedongsongo
jalanan bagai terselimuti kapas
tak tertembus cahaya
Betapa keindahan menyesak dada
Tak ada kata menjelaskan tanya
Hanya udara memenuhi persada
Gumpalan kepekatan yang ada
Gelap bagai asap tumpat
Haruskah orang lain yang berkata
menghentikan degup bahagia
Menguak peristiwa demi peristiwa
Kenangan yang selalu kaubawa
Percintaan demi percintaan
Menjadi sekat di antara kita
Sedang kau tertawa terlalu bangga
Pada sejarah masa menjadi derita
Perlahan keindahan itu sirna
Kabut mengelilingi rasa yang hampa
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI