Lama kakiku menjejak tanah disini, per-empatan tempatmu berlalu
Per-empatan yang meluluhlantakkan daya juang petarungku, sampai para bocah memahami
di susul ujaran serta tawa nakal tanpa dosa, "bang, dia sudah lewat".
dan itu telah cukup memaksaku pergi susuri jalan..
berharap aromamu masih bersisa..., aku hirup dalam,..endus...
tapi udara yang campur baur dari kawasan pabrik yang menghimpit perumahanmu, hanya makin goreh dadaku dengan sesak kian membuncah
cintaku...
memang bukan cintamu, apa lagi cinta kita. Karena rasa ini mengurung membelit jiwaku sendiri, telah berkali-kali aku membakarnya...tetapi semakin berkobar, kobaran yang menghanguskan segala jiwa petarungku sejak sepasang matamu memergoki mataku di antara liuk lilin di malam kudus.
"bang, dia melirikmu"...celoteh bocah mulai berani berdosa, mereka tidak mengerti, kobaran api telah meluaskan pabrik...dan kau tidak akan melintas di perempatan lagi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H