"Gak usah, wong udah jadi tugas nya". Timpal Sekar.
"Tapi kan biasanya ya dikasih Sekar". Kata Sari lagi
" Ndak usah biarin, orang genit gitu koq diladenin sih.." Sekar memastikan.
"Ookee.." Jawab Sari pasrah.
Terlihat bapak parkir itu geleng-geleng kepala.
Sebenarnya Sari ingin sekali memberi tetapi uang disaku Sari tinggal Rp. 500,-. Sari terus meraba saku rok abu-abunya, sembari bertanya-tanya dalam hatinya.
"Dikasihkan apa tidak yaa.. Uang ini kan untuk jatah pulang naik angkot. Yaa kalau nanti aku dapat tumpangan, uang ini aku berikan tidak masalah, tetapi kalau tidak bagaimana? Aku pasti nunggu truk batu tumpangan yang lewat di depan rumahku dan itu belum tentu ada. Dan pulangnya pasti sangat sore. Bisa-bisa Ibu Bapak cemas. Aduh Sari bingung sekali. Yaa sudah, aku terima keputusanmu Sarr meskipun aku sebenarnya tidak tega melihat bapak parkir itu".
Sepuluh menit kemudian, sampailah mereka di sekolah. Gara-gara kejadian tadi Sarina jadi pegangin terus uang 500 perak nya. Sarina jadi tidak konsentrasi menerima pelajaran hari ini. Sampailah di jam terakhir, dan bel pun berbunyi.
Seperti biasa Sarina berjalan kaki sekitar 15 menit sampai di pertigaan jalan brawijaya belakang pasar. Sarina memilih tempat tersebut dikarenakan mencari mobil angkot. Di situ lebih gampang mendapatkan angkot daripada di tempat lain. Sarina memilih duduk di pinggir trotoar. Sambil tengok kanan, tengok kiri barangkali ada tumpangan. Dan pikiran Sarina mulai teringat lagi kejadian tadi. Uuhh... merasa bersalah lagi.
"Nduk.. " Ada suara yang memanggil lirih.
"Oh njeh Mbah.. "