Tantangan Mahasiswa di Era Artificial Intelligence
Perkembangan AI telah membawa perubahan besar di berbagai aspek kehidupan, termasuk pendidikan. Mahasiswa menghadapi tantangan besar untuk memanfaatkan AI secara optimal untuk mendukung proses belajar karena mereka yang akan menjadi penerus masa depan negara. Mahasiswa yang memahami dan menyesuaikan diri dengan AI akan berada di garis terdepan, sementara siswa yang tidak menggunakan teknologi ini berisiko tertinggal.
AI menawarkan banyak fitur dan alat bantu untuk mempercepat dan meningkatkan pembelajaran. Beberapa contoh dari AI adalah aplikasi yang dapat merangkum instan sebuah jurnal, alat bantu untuk menganalisis data dengan lebih mudah, dan asisten virtual yang memberikan penjelasan interaktif tentang materi. Mahasiswa dapat belajar lebih cepat dan menyeluruh dengan teknologi ini. Namun, agar dapat menggunakan AI dengan efektif, siswa harus memiliki pemahaman yang baik tentang subjek ilmu pengetahuan yang dipelajari.
Dalam hal ini, taksonomi Bloom memberikan arahan yang sangat berharga. Taksonomi ini merinci tingkat pembelajaran dari pengetahuan dasar hingga evaluasi dan penciptaan. Jika siswa menguasai dasar-dasar ilmunya, AI dapat membantu mereka dalam bidang tertentu seperti analisis kritis, sintesis, dan penciptaan. Sebagai contoh, siswa teknik dapat menggunakan AI untuk membuat simulasi kompleks, tetapi simulasi ini hanya akan bermanfaat jika siswa memahami prinsip dasar teknik dengan baik.
Namun, integritas akademik masih menjadi masalah di Indonesia. Mengutip dari artikel penelitian yang dilakukan oleh Vit Machacek dan Martin Srholec yang diterbitkan pada 6 Agustus 2022 menunjukkan bahwa Indonesia menempati peringkat kedua dalam ketidakjujuran akademik. Indonesia hanya kalah tipis dari Kazakhstan dengan persentase 16,73% (Machek & Srholec, 2022). Hal ini menunjukkan bahwa ada masalah etika akademik yang harus ditangani segera. Jika siswa tidak dibekali dengan baik untuk menggunakan teknologi secara moral dan bertanggung jawab, ketergantungan pada AI tanpa pengawasan dapat memperburuk masalah ini.
Sebaliknya, mahasiswa di era AI harus menghadapi masalah moral dan tanggung jawab akademik. Dilema sering muncul ketika AI digunakan untuk tugas seperti menulis esai atau menyelesaikan soal. Bagaimana cara agar siswa tetap belajar analisis secara mandiri dan tidak bergantung pada teknologi? Jawabannya adalah dengan mengajarkan siswa untuk menggunakan AI sebagai alat bantu, bukan sebagai pengganti proses belajar.
Kemampuan literasi digital juga sangat penting. Kemampuan siswa untuk memilah dan memvalidasi informasi AI sangat penting karena tidak semua hasil AI dapat dipercaya begitu saja.
Mahasiswa harus terus belajar dan beradaptasi di era yang semakin kompetitif ini. Meskipun AI adalah alat yang kuat, kinerjanya bergantung pada pengguna. Mahasiswa yang mampu memahami ilmu secara mendalam, menggunakan kecerdasan buatan dengan bijak, dan mengintegrasikan hasilnya ke dalam proses belajar akan memiliki keunggulan yang signifikan. Masalah ini tidak hanya berkaitan dengan masa kini tetapi juga dengan masa depan, ketika AI semakin terintegrasi dalam kehidupan sehari-hari orang.
Terakhir, mahasiswa di era AI harus mengembangkan kombinasi kemampuan teknis, pemahaman mendalam tentang ilmu pengetahuan, dan integritas akademik. Dengan cara ini, AI dapat menjadi mitra yang memperkaya proses belajar dan bukan sekadar alat yang digunakan tanpa pemahaman. Mahasiswa yang siap menghadapi tantangan ini akan menjadi pemimpin di masa depan karena era AI adalah era peluang.
Daftar Pustaka