"Ingatlah wajah-wajah orang yang mengalami kemiskinan dan orang-orang yang tak berdaya yang telah kamu lihat, dan tanyakan pada dirimu sendiri langkah apa yang akan kamu ambil untuk mereka." (Mahatma Gandhi)
Kutipan dari Mahatma Gandhi di atas menyiratkan sebuah pesan bahwa kemiskinan adalah sebuah persoalan klasik yang mendera hampir setiap negara.
Kemiskinan bukan untuk dibiarkan, apalagi hanya dijadikan tema di sebuah ajang perdebatan. Kemiskinan harus diselesaikan, harus dihentikan.
Kutipan tersebut juga mengajarkan kita satu hal, bahwa sebelum mengambil langkah untuk mengatasi kemiskinan, kita harus 'melihat' wajah-wajah orang yang mengalami kemiskinan.
Kita harus melihat bagaimana potret orang-orang miskin dalam berbagai aspek kehidupan. Bagaimana potret sosial mereka, potret ekonomi mereka, potret pendidikan mereka, potret kesehatan mereka, potret kesejahteraan mereka, hingga potret kondisi rumah mereka. Rumah tempat mereka berkompromi dengan keadaan. Rumah tempat mereka menyimpan mimpi untuk keluar dari dekapan kemiskinan.
Lantas bagaimana dengan potret kemiskinan di Provinsi Jawa Tengah?
Badan Pusat Statistik (BPS) beberapa waktu lalu telah menyuguhkan beberapa potret yang menarik. Secara umum, pada periode 2011 -- 2018 tingkat kemiskinan di Jawa Tengah cenderung mengalami penurunan, baik dari sisi jumlah maupun persentase.
Jika dilihat lebih detail lagi, pada periode September 2017 -- Maret 2018, tingkat kemiskinan mengalami penurunan yang relatif signifikan.
Pada September 2017, jumlah penduduk miskin mencapai 4,20 juta orang, atau sekitar 12,23 persen. Jumlah penduduk miskin kemudian menurun menjadi 3,90 juta orang, atau sekitar 11,32 persen.
Penurunan tingkat kemiskinan di Jawa Tengah ini patut disyukuri, sebab pemerintah telah melepaskan sekitar 300,29 ribu orang dari dekap kemiskinan.