Mohon tunggu...
De deT
De deT Mohon Tunggu... karyawan swasta -

mencoba mengenal dari membaca dan belajar menerima tampa menghakimi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mereka Mewakili Aku

30 Maret 2012   15:09 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:14 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku dan juga mereka yang berdiri disana memiliki ketakutan yang sama
Sebuah bayangan kelam yang membayang ditiap sudut kota.
Saat harga bahan pokok melambung Saat biaya produksi mencekik pengusaha
Saat buruh tertunduk karena di phk
Saat anak-anak kelaparan...dan kemiskinan menjadi dosa yang menaikkan tindakan kejahatan dan kriminal.

Mereka bukan jiwa-jiwa kerdil yang dihantui ketakutan dan tidak berpengharapan.
Sesungguhnya mereka mencoba untuk percaya
Namun, saat mereka menatap jauh kedepan, mereka terluka dan kecewa. Ribuan pertanyaan dan agrumen memaksa mereka melihat kebelakang....dan mereka muak.

Muak pada sikap hati yang setengah-setengah menangani korupsi
Muak pada hukum yang menyajikan kenyamanan dibalik kata adil untuk menenangkan beberapa pihak
Muak pada pemborosan yang dipertontonkan tampa malu
Bahkan...
Mereka muak pada diri mereka sendiri, mereka tak rela menemukan diri mereka terpaku pada tangisan tampa mampu menyekanya.

HATI mereka murni mencitai negeri ini
Itulah alasan mereka menjadi ribut dan gusar
Tidak cukupkah tetesan keringat dan tangisan rakayat kecil menjadi korban sajian pada altar kotor pemerintahan dan politik.

Wahai engkau yang berjiwa pemberani
Yang tulus hati...rela menyibukkan diri berteriak-teriak bahkan lebih
Jangan bersedih
Sesungguhnya kami tidak menghianatimu
Berhikmatlah...jangan kotori perjuanganmu dengan sikap anarkis dan antagonis yang merusak vasilitas umum. Tidak ada untungnya bagi marahmu..tidak ada untungnya memulai dari nol...bukan???

Sahabat...
Jangan biarkan tangan-tangan kotor dibalik seni berpolitik mengontrol emosimu
Cernahlah kata "TAPI" mereka

Sahabat...
Mungkin mereka juga hanya sekelompok pengecut yang bersembunyi pada keputus asaanmu.
Mencari keuntungan yang sesungguhnya juga tidak disembunyikan apabila kemungkinan terburuk terjadi bukan???

Diakau yg berdiri tegak dan menjadi rantai hidup
Bawalah damai pada tiap nada dan derap langkahmu
Tunjukkan sucinya jiwa anak bangsa yang mencintai ibu pertiwi.

Kudoakan...setiap dari mereka yang berdiri disana.
Mereka... yang hanyut pada emosi dan ketakutan secara fisik saat berhadapan dengan kekuatan yang bukan tandingannya.
Mereka... yang terpaksa berada disana karena tidak bisa menghianati tugas dan kewajibannya.

Malam ini pasti terasa sangat panjang buatkan mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun