Mohon tunggu...
De Arta
De Arta Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Di Sudut Kelas Kala Itu

29 Februari 2016   17:03 Diperbarui: 29 Februari 2016   20:34 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

masih teringat saat masa orientasi siswa beberapa tahun yang lalu. kala itu aku sibuk dalam tulisan, mencari inspirasi mencoba kumpulkan imajinasi. namun sebuah suara kecil nan merdu buyarkan smua yang telah ku dapatkan.

"mas - mas.. masnya anggota OSIS bukan?? minta tanda tangannya dong!!" sontak aku menoleh ke sumber suara itu.

Sejenak aku tersipu, bukan karena malu, hanya tak dapat ku bayangkan sesosok indah yang menggetarkan hati ku tepat berada di depan ku.

"oh boleh kok. mana bukunya!? udah dapet berapa tanda tangan??" tanya ku.

" baru tiga tanda tangan termasuk masnya." jawabnya. oh tuhan.. betapa merdunya suara itu.

"namanya siapa dek? dari logatmu kamu bukan anak sini ya?" serasa curiga aku bertanya lembut.

"annisa mas, kok masnya tahu kalau aku bukan dari sini??" jawabnya pelan.

"ya.. simple aja sih.. disini gak ada yang bisa ngucapin bahasa indonesia selancar kamu. jadi pasti kamu dari luar daerah".

bagi masyarakat jawa logat "medhok" adalah  hal yang normal bila mengucapkan kata atau berbicara dengan bahasa indonesia.

" oh gitu ya. aku dari bandung mas baru aja pindah bulan lalu".

"wah belom punya teman dong? kalau kamu kesusahan bilang aj ma mas ya!?" tawar ku sambil memberikan buku yang telah ku tanda tangani.

"huum mas. eh ngomong ngomong nama mas siapa ya?" tanyanya sambil tersenyum malu.

"jiah.. hadeh minta tanda tangan kok lom tahu namanya iki piye tha?? " itu dibuku ada :)" canda ku.

dan pertemuan itu pun berakhir dengan berbunyinya bel tanda berakhirnya waktu sekolah.

****

sore itu kala mas neno sang pelatih dan aku datang terlambat karena motor yang mogok disambut dengan meriah oleh anak2 baru. aku sempat terkaget saat ku menoleh ke sudut aula, dan disana duduk seorang gadis belia yang lugu dengan tudung yang rapi dan kacamata yang menambah manis wajah imutnya.

'nisa?? dia ikut teater??' kata ku dalam hati.

"whoy.. bangun - bangun udah nyampe" teriakan kencang di sisi telinga membangunkan ku dalam lamunan.

"apa sih mas.. nganggu aja" gerutu ku pada sang pelatih.

sejenak aku amati nisa tampak sendiri tanpa ada teman yang mengajaknya mengobrol. hanya sesekali para senior mengajaknya ngobrol, namun tidak digubrisnya. ya mungkin dia merasa asing dan malu untuk lebih akrab pada mereka. tanpa sadar aku sudah disampingnya.

"eh ada cewek sendirian, godain aah.." canda ku saat penyakit usil ku kambuh.

"eh mas dedy ikut teater juga ya mas??" tanya-nya,

"enggak kok. cuman mampir he..he.." jawab ku.

"kok bareng sama pelatih. itu mas neno sang pelatih teater kan??" dia mulai curiga.

"huum itu mas neno pelatih teater sekolah kita. ya biasa lah tadi aku kerumahnya dolan trus diajakin kesini :)" dalih ku.

"ayooo semua kumpuulll!!!" teriakan mas neno memecah percakapan kami. dan acara dimulai dari perkenalan anggota, sampai akhirnya...

"oke terakhir marilah kita sambut ketua Ekskul teater sekolah kita.. Dedy.. silahkan mas dedy memperkenalkan diri.." teriak sang pelatih.
"eh sejak kapan aku jadi ketua?? perasaan gak ada pelantikan??" ujar ku sambil bercanda. dan disaat yang sama aku melihat wajah terkejut yang ku nantikan dibumbuhi ekspresi jengkel dan bingung yang terlukis jelas di wajah nisa.

***

esoknya. tepat saat baru saja aku mengambil pena dan siap menulis "PR" yang harusnya tadi malam ku kerjakan, terdengar suara merdu yang lembut di pojok kelas.

"mas.. mas dedy"

seakan terhipnotis dan aku tahu siapa pemilik suara merdu itu segera saja ku hampiri asal suara itu.

"iya kenapa nisa? ada yang bisa ku bantu? ujar ku sambil sedikit bercanda.

"mas kemaren bohong kan sama aku. katanya cuman mampir ternyata.. aku terkena ilusi huuh.." dengan wajah cemberut yang identik dengan kejengkelan, dia protes di depan ku seakan tidak terima akan apa yang ku perbuat.
"ha ha.. iya iya.. maaf bercanda doang" ucap ku bertahan.

"bercandanya jelek.. hump" sambil berpaling dan menghindar nisa hendak kembali ke kelasnya.
"eh tunggu tunggu mas minta maaf bener, yaudah kamu boleh minta apapun asal mas bisa di maafin" pinta ku tanpa sadar, seakan terhipnotis dan tak ingin kehilangan.

"yaudah minggu depan jemput aku ya klo mau latihan. soalnya minggu depan aku gak ada motor" pintanya.
"kalo itu mah kecil atuh" ucap ku sambil bercanda dengan logat sunda yang baru aku pelajari.

Jujur saja baru kali ini aku merasakan hal yang berbeda. bukan cinta, hanya rasa sayang, dan bukan hanya rasa sayang namun lebih jauh... jauh lebih dalam dari arti kata cinta dan rasa sayang. ntah apa itu yang jelas saat hati ku meronta dan sampailah saat pikiran ku tak lagi jernih aku mengatakan apa yang ku rasakan.

"nisa.. sebenernya aku sayang sama kamu.. mau gak kamu jadi pacarku?? aku g bisa berjanji akan buatmu bahagia. tapi aku bisa berjuang untuk melihatmu tersenyum dan tak akan membiarkanmu menangis."

namun bukan jawaban yang dia berikan hanya senyum manis yang masih terngiang di ingatan. dan sejak saat itu aku bagaikan singa yang menjaga seorang putri hutan yang lugu. dan sejak pertemuan pertama itu dimulai lah cerita tentang sudut kelas yang penuh nostalgia. dan hingga saat ini sudah 9tahun lamanya aku bersamanya. dengan senyum yang perih aku hanya menyaksikan diriku.

"Seekor singa yang selalu menjaga sang putri kini menanggalkan taring dan cakarnya. dan singa itu sekarang hanya menjadi kucing hitam yang tak tahu arah akan kemana"

ya aku mulai bimbang dengan diri ku. pantas kah aku ada disini?? bersamanya??

 

continue??

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun