Mohon tunggu...
Diah Rahma
Diah Rahma Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Keselamatan dan Kesehatan Kerja Unair’24

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Peran Strategis Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dalam Menciptakan Lingkungan Kerja yang Aman dan Sehat

15 Desember 2024   12:10 Diperbarui: 15 Desember 2024   11:58 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pendahuluan
Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah profesi yang berperan penting dalam menciptakan lingkungan kerja yang aman, sehat, dan produktif. Tugas utama profesi ini meliputi pengidentifikasian bahaya di tempat kerja, perancangan prosedur keselamatan, serta memastikan kepatuhan terhadap regulasi yang berlaku. Di tengah perkembangan sektor industri yang pesat, profesi K3 semakin relevan karena kecelakaan kerja dan gangguan kesehatan masih menjadi tantangan utama dalam berbagai bidang usaha. Dengan fokus pada perlindungan tenaga kerja, ahli K3 berkontribusi langsung terhadap kesejahteraan karyawan dan keberlanjutan operasional perusahaan. Profesi Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) memiliki peran yang sangat penting dalam menjaga keselamatan pekerja di tempat kerja (Sholihah, 2018). Setiap sektor industri, baik itu konstruksi, manufaktur, hingga sektor jasa, menghadirkan risiko yang dapat membahayakan karyawan jika tidak dikelola dengan baik. Oleh karena itu, keberadaan ahli K3 menjadi sangat vital untuk menilai, mencegah, dan mengurangi risiko tersebut. Selain itu, dengan semakin ketatnya regulasi keselamatan kerja yang diberlakukan pemerintah, ahli K3 memiliki peran strategis dalam memastikan kepatuhan perusahaan terhadap standar keselamatan yang berlaku. Keberadaan ahli K3 juga berperan dalam meningkatkan budaya keselamatan di perusahaan, di mana setiap karyawan dilibatkan dalam upaya menjaga lingkungan kerja yang aman dan sehat. Dengan begitu, mereka bukan hanya menjalankan tugasnya untuk kepatuhan terhadap regulasi, tetapi juga membantu menciptakan kesadaran yang lebih luas di kalangan pekerja tentang pentingnya menjaga keselamatan di tempat kerja (Sarbiah, 2023).
Hasil dan Pembahasan
Seorang ahli K3 bertanggung jawab untuk mengelola risiko di tempat kerja dengan cara yang sistematis. Ini mencakup kegiatan seperti inspeksi rutin untuk mengenali potensi bahaya, penyusunan kebijakan keselamatan, serta pelatihan pekerja mengenai penggunaan alat pelindung diri (APD). Profesi ini memerlukan penguasaan berbagai bidang, seperti teknis keselamatan, hukum, serta manajemen risiko. Ahli K3 juga perlu memahami standar keselamatan global seperti ISO 45001, yang menjadi panduan untuk memastikan lingkungan kerja yang aman. Untuk menjadi seorang ahli K3, seseorang harus memiliki pendidikan formal di bidang terkait, seperti teknik atau kesehatan kerja. Sertifikasi khusus, seperti Ahli K3 Umum atau spesialisasi tertentu dalam manajemen risiko, menjadi nilai tambah penting dalam mendukung karier mereka. Kompetensi ini memungkinkan ahli K3 untuk bekerja lintas sektor, termasuk konstruksi, perminyakan, manufaktur, hingga layanan kesehatan. Profesi ahli K3 menawarkan prospek karier yang cerah dengan peluang kerja yang terus meningkat, baik di perusahaan lokal maupun multinasional. Di Indonesia, gaji seorang ahli K3 bervariasi tergantung pengalaman dan bidang kerja. Pemula umumnya memperoleh gaji antara Rp5 juta hingga Rp10 juta per bulan, sementara profesional berpengalaman dapat menghasilkan hingga Rp20 juta atau lebih. Selain itu, ahli K3 sering kali memiliki kesempatan untuk bekerja di berbagai lokasi, termasuk proyek internasional, yang menambah nilai menarik profesi ini. Penerapan keselamatan kerja yang efektif memberikan manfaat besar, baik bagi pekerja maupun perusahaan (Ichsan et al., 2022).
 Untuk pekerja, lingkungan yang aman dan sehat mendorong produktivitas, mengurangi stres, serta meminimalkan risiko cedera atau penyakit akibat pekerjaan. Sementara itu, perusahaan yang memprioritaskan K3 dapat mengurangi biaya operasional yang disebabkan oleh kecelakaan kerja, meningkatkan reputasi mereka, dan menciptakan budaya kerja yang positif. Sebagai contoh, di sektor konstruksi, penerapan prosedur keselamatan seperti penggunaan APD dan pelatihan rutin telah terbukti mengurangi tingkat kecelakaan hingga 50% di beberapa perusahaan. Data ini menunjukkan bahwa investasi dalam keselamatan kerja tidak hanya menguntungkan dari sisi kemanusiaan tetapi juga dalam konteks efisiensi bisnis. Meskipun penting, profesi K3 menghadapi tantangan signifikan di lapangan. Salah satu kendala utama adalah resistensi terhadap perubahan, di mana beberapa pekerja atau manajemen mungkin menolak prosedur baru yang dianggap menghambat produktivitas. Selain itu, kesadaran akan pentingnya K3 masih rendah, terutama di sektor informal atau usaha kecil-menengah. Di sisi lain, ahli K3 juga harus terus mengikuti perkembangan teknologi dan regulasi baru. Dengan munculnya otomatisasi dan teknologi berbasis kecerdasan buatan, risiko baru seperti kelelahan digital atau kecelakaan akibat kegagalan sistem elektronik menjadi perhatian utama. Hal ini menuntut ahli K3 untuk selalu memperbarui pengetahuan dan keterampilan mereka (Darmawan, 2023).
Kesimpulan
Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah profesi yang strategis dalam menjaga keselamatan dan kesejahteraan pekerja, sekaligus mendukung keberlanjutan operasional perusahaan. Dengan tanggung jawab besar yang melibatkan pengelolaan risiko, penerapan prosedur keselamatan, dan edukasi pekerja, ahli K3 memainkan peran vital dalam berbagai sektor industri. Meski menghadapi tantangan seperti resistensi terhadap perubahan dan kurangnya kesadaran, profesi ini tetap menjanjikan karena memberikan dampak positif yang signifikan. Dengan pendidikan yang tepat, sertifikasi, dan komitmen, ahli K3 dapat menciptakan lingkungan kerja yang lebih aman dan efisien, sekaligus menjadi pilar dalam membangun budaya kerja yang sehat dan produktif.

Reference
Darmawan, D. (2023). Dampak stres, supervisi dan K3 terhadap produktivitas pekerja proyek konstruksi. Journal of Civil Engineering Building and Transportation, 7(1), 138-145.
Ichsan, I., Sesario, R., Radiansah, D., & Marjani, A. (2022). Implementasi perubahan etika profesi, sistem manajemen K3, dan kebijakan perusahaan sebagai dampak Covid-19 dan pengaruhnya terhadap kinerja karyawan. Syntax Literate; Jurnal Ilmiah Indonesia, 7(3), 2017-2035.
Sarbiah, A. (2023). Penerapan pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) pada karyawan. Health Information: Jurnal Penelitian, e1210-e1210.
Sholihah, Q. (2018). Implementasi sistem manajemen K3 pada konstruksi jalan sebagai upaya pencegahan kecelakaan kerja. Buletin Profesi Insinyur, 1(1), 25-31.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun