Teman kami wartawan Edi Mulyadi sedang jadi pesakitan di pengadilan. Ia didakwa dengan sekarung pasal berlapis. Pasal 45A ayat 2 Jo pasal 28 ayat 28 ayat 2 UU ITE, Pasal 14 ayat 1 dan 2, Jo pasal 15 UU No. 1 tahun 1946 tentang Peraturan Hukum Pidana Jo pasal 156 KUHP. Ancamanya bui maksimal 10 tahun. Inalillahi.
Dosanya menurut kami mah gak seberapa tuh. Itu kan berkait dengan kebebasan berpendapat yang dijamiin  pasal 28 UUD45.
Menurut pakar linguistik UI, Frans Assi Datang, itu ucapan candaria antara sesama teman atau orang dekat. Sesuatu tempat terasing yang tidak disukai orang biasa disebut "tempat Jin buang anak".
Lagian sebenarnya ucapan itu tidak ditujukan kepada masyarakat Kaltim tapi buat pemerintah karena Edi tidak setuju dengan rencana pindah IKN ke Kaltim. Yang marah itu orang Kaltim. Lantas pemerintah yang sebenarnya memang "sebel" sama Edi ikut ikut numpang perkara. Ditangkap lah dia. Lalu JPU pun memanggul sekarung pasal ke muka  Hakim.
Rocky Gerung yang hadir sebagai saksi ahli mengaku sebenarnya dia sepikiran. Cuma dia tidak menemukan kata itu. Yang nemui kata itu ternyata si Edi kata Gerung.
Itu kan metafor dari Kebudayaan Betawi dan tidak ditujukan untuk masyarakat Kalimantan Timur.
Pendapat Gerung disepakati sejarawan dan budayawan Betawi
Ridwan Saidi. Kata engkong Ridwan, orang Betawi tahu bahwa jin itu senang di tempat sepi dan dingin. Di dalam sumur misalnya. Analog dengan itu tempat tempat sepi yang sulit dijangkau orang juga disebut tempat jin buang anak.
Tak hanya di Betawi, di Palembang juga tempat tempat begitu sama, dijuluki tempat jin buang anak. Salah satunya Perumnas Sako Palembang. Waktu diresmikan, pemukiman yang berjarak 12 km dari kota Palembang itu angkutan umum saja belum ada. Banyak warga gak mau tinggal di sana.
Tempat Jin buang anak itu di Jakarta ada beberapa. Pondok Indah, Depok, BSD, Bintaro, Citra Green Kalideres dan lain-lain. Ceritanya tahun 60, Ciputra si raja properti mulai bermimpi membangun kota satelite di beberapa tempat di pinggir kota Jakarta. Menurut Ciputra, dia sempat diledekin oleh seorang ahli Tata kota Jakarta.
"Kamu jangan bermimpi ada kota Satelite di Jakarta".