Mohon tunggu...
Daly alis
Daly alis Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Ada Apa dengan Hutan Pelawan?

17 Mei 2017   04:03 Diperbarui: 17 Mei 2017   12:16 1129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pulau Bangka identik sebagai daerah  penghasil timah dan lada. ternyata ada keindahan tersembunyi di dalamnya selain pantai pantai indah berbatu granit dan berombak jinak. Salah satu keindahan tersebut adalah taman keanekaragaman hayati  hutan pelawan yang terletak di desa Namang Kabupaten  Bangka Tengah.

jembatan-merah-591b66d4929373bc18ab5197.jpg
jembatan-merah-591b66d4929373bc18ab5197.jpg
Hutan Palawan berjarak sekitar 25 km dari Bandara Depati Amir dan dapat ditempuh sekitar 30 menit dari kota Pangkalpinang.  Untuk menyusuri hutan ini, pemerintah daerah setempat sudah membangun jogging track dan jembatan yang terbuat dari kayu dengan cat merah menyala sehingga terlihat kontras dengan kegelapan hutan dan pepohonan berwarna hijau.  Jembatan ini menjadi tempat yang instagramable dan merupakan salah satu ikonik hutan Pelawan. Di beberapa titiknya ada rumah panggung kecil yang juga terbuat dari kayu sebagai tempat beristirahat saat capek menyusuri hutan. Fasilitas lain yang sudah ada adalah toilet, tempat sampah, pos pemantau dan tempat ibadah.

20161222-111804-fileminimizer-591b676caa23bd8d719629ba.jpg
20161222-111804-fileminimizer-591b676caa23bd8d719629ba.jpg
Atraksi unggulan ekowisata Hutan Pelawan adalah keindahan vegetasi pelawan dengan jamur pelawan dan madu hutan liar, berbagai jenis satwa burung, tarsius bangkanus, menyusuri jalan setapak dan jembatan berwarna merah , menyusuri sungai dengan sepeda air,wisata kuda, wisata kuliner di tengah sawah, serta permainan anak.

Hutan seluas  ± 300 ha merupakan cagar alam bagi  flora dan fauna  khas Bangka. Menurut syahputra,  pengamat lingkungan sekaligus fotografer alam liar yang bekerja di Dinas Pertanian dan Peternakan kabupaten Bangka Tengah, sejak tahun 2011 hingga sekarang, dirinya berhasil mendata 6 jenis amphibia, 14 jenis reptilia, 100 jenis burung (yang terkenal adalah burung raja udang) dan 14 jenis mamalia yang mana 25 jenis diantaranya masuk daftar merah IUCN (International Union For Conservation Of nature) yaitu lembaga international yang mendata jenis hewan dan tumbuhan  dengan status konservasi menghawatirkan. Salah satu satwa yang ditemukan di sana adalah hewan Tarsius bangkanus atau tarsius bangka, yakni hewan primata kecil seukuran telapak tangan yang termasuk hewan langka di dunia.

Tarsius adalah hewannocturnal yang bergerak di malam hari. Di siang hari tarsius tidur dan sulit mengambil gambarnya karena dia bersembunyi di balik dedaunan apalagi tubuh primata ini hanya segenggam kepalan tangan. Ada beberapa hal yang menyebabkan sulitnya menemukan tarsius. Pertama, satu ekor tarsius membutuhkan daerah teritorial seluas 2-3 hektare. Jika musim kawin, satu daerah bisa memiliki satu pasang tarsius. Tetapi, setelah musim kawin berlalu yang jantan pergi lagi mencari daerah baru. Penyebab lainnya adalah karena pengaruh habitat. Tarsius tidak mau hidup di hutan yang pohonnya besar-besar. Mereka cenderung memilih hutan yang memiliki pohon-pohon kecil sebagai tempat tidur.

tarsius-591b68f6317a612c7829b2b8.jpg
tarsius-591b68f6317a612c7829b2b8.jpg
Hutan ini terdiri atas beragam spesies pohon seperti gelam, leting, pelawan, dan rempodong. Sesuai namanya, pohon pelawan merupakan tanaman endemik pulau bangka yang paling banyak dijumpai di hutan Pelawan. Pohon Pelawan  yang bernama latin Tristaniopis merguensis Griff memiliki ciri khas yaitu saat kulit batangnya terkelupas terlihat batangnya yang berwarna merah.  Kayu Pelawan banyak dimanfaatkan penduduk sebagai bahan bangunan, bahan pembuat kapal, batang peyangga tanaman lada hal ini terkait keunggulannya yang tidak mudah lapuk. Selain itu penduduk juga menggunakan sebagai kayu bakar karena kayu pelawan saat dibakar baranya bisa bertahan lebih lama dan lebih panas dibandingkan kayu yang lain walaupun dalam keadaan basah.

Keunikan lain di hutan Palawan adalah Jamur Pelawan. Jamur  pelawan menjadi jamur khas pulau Bangka yang biasanya tumbuh di musim penghujan, dan masa panen jamur ini biasanya setahun dua kali yaitu akhir bulan Maret dan pertengahan September. Jamur ini mempunyai ciri berwarna merah dengan rasa yang enak dan kenyal, tumbuh sangat cepat dalam waktu empat hari dan saat telah dipanen hanya mampu bertahan selama tiga hari, jika tidak segera diolah maka akan membusuk.  Masa panen yang hanya sekali dalam setahun, rasa yang enak dan khasiat yang dikandungnya menyebabkan harga jamur ini menjadi sangat mahal sekitar 2 juta /kilogram jamur kering. Ada cerita mitos dibalik jamur Pelawan,  Konon menurut penduduk Bangka, jamur Palawan bisa tumbuh jika ada petir atau geledek. Mengenai kebenarannya perlu adanya penelitian lebih lanjut hubungan antara petir dengan perkembangbiakan jamur pelawan.  Penduduk desa Namang biasa mengolah jamur Pelawan menjadi aneka hidangan lezat. Bagi pengunjung dapat menikmatinya saat makan bedulang atau makan bersama  di Saung Desa Namang.

jamur-pelawan-591b67d41cafbd821748472f.jpg
jamur-pelawan-591b67d41cafbd821748472f.jpg
Selain jamur pelawan, hasil hutan yang terkenal dari Hutan pelawan  adalah madu pahit Pelawan. Madu Pelawan, produk andalan Pulau Bangka ini bersumber dari lebah liar Apis dorsata yang menghisap nectar  bunga dari pohon pelawan. Menurut salah satu pengelola Hutan Pelawan, rasa madu pelawan memang agak pahit. Namun, setelah madu ditelan, rasa pahit itu hilang. Rasa pahit itu karena kandungan senyawa alkaloid yang merupakan bahan obat antara lain berkhasiat sebagai anti infeksi sehingga manjur menjaga kekebalan tubuh dan mengatasi beragam penyakit. Pengembangan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) berupa madu pelawan telah dikembangkan pula oleh kelompok usaha produktif di kawasan hutan lindung. Musim panen madu Pelawan adalah pada bulan September, Oktober, November sampai Desember. Madu ini dijual dengan harga sekitar Rp. 200.000,00 untuk 300 cc.

madu-pelawan-fileminimizer-jpg-591b67f0317a614b7829b2b6.jpg
madu-pelawan-fileminimizer-jpg-591b67f0317a614b7829b2b6.jpg
Keberadaan hutan Pelawan sudah semestinya dilestarikan. Hutan ini menjadi sumber mata pencaharian penduduk sekitar dan memberikan berbagai manfaat. Saat kita melestarikannya, maka hutan akan memberikan apa yang kita butuhkan. Keberadaan pohon pelawan dan jamur pelawan erat dikaitkan dengan kandungan timah yang masih banyak tersimpan di bumi Bangka. Penduduk Bangka percaya di mana banyak tumbuh pohon pelawan berarti di tanah tersebut mengandung timah. Desa Namang adalah sedikit desa di Bangka Belitung yang berhasil mempertahankan keberadaan Hutan Pelawan yang luasannya semakin sedikit karena terkonversi menjadi permukiman ataupun perkebunan dan pertambangan.

Hutan Pelawan merupakan salah satu alternatif wisata alam yang bisa kita nikmati saat berkunjung ke Pulau Bangka. Menurut pengelola hutan,  keanekaragaman Hayati Hutan Pelawan menjadi salah satu alasan diproyeksikannya menjadi Kebun Raya Bangka (KRB), dengan sebelumnya memperbaiki infrastruktur terutama untuk tujuan konservasi dan penelitian.  Hutan ini bisa menjadi sarana edukatif bagi anak anak untuk lebih mengenal dan mencintai alam. Pengenalan dini akan konservasi hutan dapat menumbuhkan kesadaran melestarikan alam untuk kehidupan generasi selanjutnya yang lebih baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun