Pulau Bangka identik sebagai daerah  penghasil timah dan lada. ternyata ada keindahan tersembunyi di dalamnya selain pantai pantai indah berbatu granit dan berombak jinak. Salah satu keindahan tersebut adalah taman keanekaragaman hayati  hutan pelawan yang terletak di desa Namang Kabupaten  Bangka Tengah.
Hutan seluas  ± 300 ha merupakan cagar alam bagi  flora dan fauna  khas Bangka. Menurut syahputra,  pengamat lingkungan sekaligus fotografer alam liar yang bekerja di Dinas Pertanian dan Peternakan kabupaten Bangka Tengah, sejak tahun 2011 hingga sekarang, dirinya berhasil mendata 6 jenis amphibia, 14 jenis reptilia, 100 jenis burung (yang terkenal adalah burung raja udang) dan 14 jenis mamalia yang mana 25 jenis diantaranya masuk daftar merah IUCN (International Union For Conservation Of nature) yaitu lembaga international yang mendata jenis hewan dan tumbuhan  dengan status konservasi menghawatirkan. Salah satu satwa yang ditemukan di sana adalah hewan Tarsius bangkanus atau tarsius bangka, yakni hewan primata kecil seukuran telapak tangan yang termasuk hewan langka di dunia.
Tarsius adalah hewannocturnal yang bergerak di malam hari. Di siang hari tarsius tidur dan sulit mengambil gambarnya karena dia bersembunyi di balik dedaunan apalagi tubuh primata ini hanya segenggam kepalan tangan. Ada beberapa hal yang menyebabkan sulitnya menemukan tarsius. Pertama, satu ekor tarsius membutuhkan daerah teritorial seluas 2-3 hektare. Jika musim kawin, satu daerah bisa memiliki satu pasang tarsius. Tetapi, setelah musim kawin berlalu yang jantan pergi lagi mencari daerah baru. Penyebab lainnya adalah karena pengaruh habitat. Tarsius tidak mau hidup di hutan yang pohonnya besar-besar. Mereka cenderung memilih hutan yang memiliki pohon-pohon kecil sebagai tempat tidur.
Keunikan lain di hutan Palawan adalah Jamur Pelawan. Jamur  pelawan menjadi jamur khas pulau Bangka yang biasanya tumbuh di musim penghujan, dan masa panen jamur ini biasanya setahun dua kali yaitu akhir bulan Maret dan pertengahan September. Jamur ini mempunyai ciri berwarna merah dengan rasa yang enak dan kenyal, tumbuh sangat cepat dalam waktu empat hari dan saat telah dipanen hanya mampu bertahan selama tiga hari, jika tidak segera diolah maka akan membusuk.  Masa panen yang hanya sekali dalam setahun, rasa yang enak dan khasiat yang dikandungnya menyebabkan harga jamur ini menjadi sangat mahal sekitar 2 juta /kilogram jamur kering. Ada cerita mitos dibalik jamur Pelawan,  Konon menurut penduduk Bangka, jamur Palawan bisa tumbuh jika ada petir atau geledek. Mengenai kebenarannya perlu adanya penelitian lebih lanjut hubungan antara petir dengan perkembangbiakan jamur pelawan.  Penduduk desa Namang biasa mengolah jamur Pelawan menjadi aneka hidangan lezat. Bagi pengunjung dapat menikmatinya saat makan bedulang atau makan bersama  di Saung Desa Namang.
Hutan Pelawan merupakan salah satu alternatif wisata alam yang bisa kita nikmati saat berkunjung ke Pulau Bangka. Menurut pengelola hutan, Â keanekaragaman Hayati Hutan Pelawan menjadi salah satu alasan diproyeksikannya menjadi Kebun Raya Bangka (KRB), dengan sebelumnya memperbaiki infrastruktur terutama untuk tujuan konservasi dan penelitian. Â Hutan ini bisa menjadi sarana edukatif bagi anak anak untuk lebih mengenal dan mencintai alam. Pengenalan dini akan konservasi hutan dapat menumbuhkan kesadaran melestarikan alam untuk kehidupan generasi selanjutnya yang lebih baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H