Bulan lalu pada heboh ngomongin BBM (Bahan Bakar Minyak) bersubsidi. Pada bete-betean gara-gara harus ngantri. Terus buntutnya pada bilang, ketauan BBM dinaikin aja deh, ketimbang ngantri panjang kayak gini. #eaaaa… Giliran pemerintah berapa kali mau naikin BBM pada protes terus demo terus emosi. Sekarang dibatasin juga protes terus emosi. Lah terus maunya gimana?
Sampai-sampai Joko Widodo (Jokowi) sebagai Presiden terpilih pun minta ke Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) supaya harga BBM dinaikin. Yang kemudian ditolak SBY. Hal ini agak menggilitik saya. Soalnya berapa kali SBY mau naikin harga BBM, PDIP yang notabene pendukung Jokowi dalam pilpres 2014, yang sangat keras menolak kenaikan BBM. Katanya menaikan harga BBM bukan solusi.
Dan bahkan ada yang mengusulkan menjual pesawat kepresidenan, yang hasil penjualannya untuk menutupi subsidi BBM . Lah itu pesawat kan tujuannya untuk penghematan, apalagi nanti Pak Jokowi blusukan kesana sini. Yah menurut saya yang sotoy ini, PDIP harus lebih hati-hati berpolitik, secara di periode 2014 - 2019 kan kadernya yang ada di pemerintahan.
Sebenernya sih ini semacam ujian buat PDIP, mau tetap keukeuh berpendapat bahwa kenaikan harga BBM itu bukan solusi untuk menekan defisit APBN atau mulai sepakat untuk menaikan BBM.
Yang pasti sejak pertengahan Agustus kemarin yah BBM bersubsidi kudu dibatasi, sesuai dengan UU Nomor 12 Tahun 2014 tentang APBN-P 2014, BBM bersubsidi dikurangi dari 48 juta KL menjadi 46 juta KL.
Nah kan BBM-nya belum dinaikin dong, baru dibatasi kan.??!! Tapi saya udah dirugikan, tukang ojek udah mulai nyolot. Pas saya kasih uang Rp. 8.000 sesuai tarif biasa dia bilang, "sepuluh ribu bu.."
Saya nggak terima, "loh pak saya tiap hari naik ojek dari situ bayarnya delapan ribu.."
"Udah naik buuu…"
"Lah BBM aja belum naik, kok bapak udah naikin harga..??!!"
"Kan saya ngantri 3 jam bu.. Gara-gara ngantri saya kehilangan berapa pelanggan tuh.. Jadi ya harganya dinaikin.."
*gubraaaakk* *ok mulai besok nggak mau naik ojek lagi.. huuuuhh*