Saya tidak pernah punya sahabat yang dari kecil hingga besar. Karena dulu saya hidupnya berpindah-pindah paling tidak dua tahun sekali. Tiap tempat yang saya singgahi, tentu saya punya teman dekat atau sahabat. Sahabat saya waktu TK dan SD, saya sudah kehilangan kontak, tidak tau dimana mereka sekarang. Namun saya masih mengingat mereka hingga sekarang. Semoga mereka sukses dan bahagia. Untuk sahabat waktu SMP masih tetap berhubungan hingga sekarang, walau teman sebangku saya, entah dimana dia sekarang. Untuk sahabat saat SMA dan kuliah tentu masih tetap bertukar kabar, walau tidak intens. Sahabat saya mayoritas laki-laki, karena memang saya dulu agak sedikit tomboy.
Dalam tulisan kali ini, saya ingin berbagi kisah persahabatan saya waktu SMA. Sahabat yang sudah seperti saudara sendiri. Kami ada 6 orang, 4 laki-laki dan 2 perempuan. Saat kelas satu, walau kami beda-beda kelas, kami selalu pulang bersama, tunggu-tungguan. Saya tidak tau persisnya, awal kita selalu bersama. Padahal bener-bener beda kelas, 2 orang di kelas I1, 1 orang di kelas I3, 1 orang di kelas I5 dan saya berdua dengan teman saya di kelas I6. Itu berlangsung terus dan semakin hari semakin menjadi rutinitas, bahkan saat istirahat pun kami bisa berkumpul.
Sampai akhirnya, kami punya bahan bacaan menarik yaitu cerita tentang Mahabarata, tiba-tiba saja para laki-laki, tidak tau siapa yang mulai, pada berebutan ingin jadi tokoh-tokoh Pandawa. Dan akhirnya kami punya nama Pandawa sesuai urut usia: Yudhistira, Bima, Arjuna, Nakula dan Sadewa. Karena kami berenam, teman perempuan saya yang satu di kasih nama Drupadi. Dan saya kebagian bernama Nakula.
Kalau diingat sekarang, hal tersebut sungguh norak. Kami punya panggilan sendiri yaitu : Dhisti (Yudhistira), Juna (Arjuna), Nakal (Nakula), Ewa (Sadewa), Adi (Drupadi) dan kalau Bima tetap Bima. Dan nama-nama itu kami gunakan sampai sekarang.
Kemudian hubungan kami semakin dekat seiring waktu bersama pada masa-masa SMA, ditambah saat kelas 2, kami berempat satu kelas di kelas Fisika dan teman saya yang berdua lagi satu kelas juga di kelas Biologi. Persahabatan kami, bukan persahabatan anak-anak SMA lainnya yang senang hura-hura. Persahabatan kami, banyak kami isi untuk kemajuan studi kami. Kami selalu belajar kelompok, dan itu dilakukan rutin dan berpindah-pindah rumah. Sehingga kami begitu kenal baik dengan keluarga masing-masing. Dan orang tua kami pun lebih percaya, bila kami ada acara dan pergi bersama-sama.
Pasang surut dalam persahabatan pun kami alami, konflik tak jarang terjadi. Pernah kami terpecah-pecah dan tak tau arah, apa akan bisa berlanjut atau tidak, kemudian emosi tak terkendali, khas anak remaja. Namun entah bagaimana, kami bisa melalui itu semua dengan baik. Mungkin karena rasa kedekatan dari masing-masing individu yang tak mudah dielakkan. Kami pun saling support dalam banyak hal. Termasuk untuk masa depan kami.
Sampai akhirnya, perpisahan itu terjadi. Sedih memang, namun kami punya jalan hidup yang harus dilalui masing-masing. Saya yang pertama kali meninggalkan Papua, karena saya harus kuliah di Undip. Lalu Bima yang akan kuliah di Surabaya dan Ewa yang diterima di Curug Tangerang. Tinggallah teman saya bertiga di Papua, walau Juna jadi TNI, namun dia ditugaskan di Papua.
Dalam proses mengejar cita-cita ini, kami masih selalu berbagi kabar, walau kadang ada yang menghilang tak ada kabar, namun nanti bisa dihubungi kembali. Saat kuliah saya sempat dua kali ke Papua untuk berlebaran disana, karena orang tua saya masih tinggal disana. Dan saya bertemu dengan sahabat saya Adi, Dhisti dan Juna. Selalu menyenangkan dan sekaligus mengharukan. Saat kuliah dan saat sudah kerja, saya beberapa kali ketemu Ewa.
Karena hubungan kami layaknya saudara, saya yakin setiap dari kami selalu menceritakan persahabatan kami pada pasangan masing-masing. Tentunya harapan kami, pasangan kami juga bisa merasakan persahabatan ini.
Kami semua sudah berkeluarga, yang terakhir menikah kemarin tanggal 13 Maret 2011 adalah Dhisti. Pernikahan yang mendadak dan diadakan di Magelang. Dhisti memberi kabar pada kami hari selasa 8 Maret 2011, kalau mau menikah minggu ini dan dia sekarang sudah di Magelang. Saya kaget, kenapa dadakan.
Saya bingung mau datang atau tidak, karena suami saya tidak bisa ikut, ada kerjaan hari Sabtu Minggu. Tapi kalau tidak datang, entah kapan lagi bisa ketemu Dhisti, dia tinggal di Papua, ke Jawa jarang sekali, karena keluarga sudah di Papua semua. Akhirnya setelah berkoordinasi dengan Ewa yang tinggal di Semarang, berangkatnya dari Semarang saja barengan. Kemudian Bima yang tinggal di Surabaya pun konfirm bisa datang. Baiklah lumayan bisa reuni kecil-kecilan. Dan Bima lah satu-satunya orang yang semenjak lulus SMA, tidak pernah bertemu kami. Jadi sudah 15.5 tahun tak bertemu.