Manchester United meraih tropi pertamanya bersama Mourinho. Sebenarnya aku termasuk orang yang nggak terlalu sreg dengan Kang Mas Mourinho ini. Karena dulu pernah jadi pelatih Chelsea yang cukup membuat aku punya banyak alasan untuk gregetan sama beliau. Tapi masalahnya siapa aku? Emang ngepek yee aku mau suka apa nggak. Pasti nggak bawa ngaruh apa-apa sih.Â
Tapi ya mau gimana lagi, Manchester United semacam krisis jati diri sejak Sir Alex Ferguson pensiun. Saat David Moyes merosot tajam, dari juara Premier League langsung jeblok ke peringkat 7. Kemudian terseok-seok di masa Louis Van Gaal di peringkat 4, yang kemudian turun lagi ke peringkat 5. Manchester United belum berhasil move on selama 3 musim terakhir ini. Yah walau demikian aku tetap setia ngedukung Manchester United walau setiap tanding aku sering esmoseh ngeliyat permainannya, kayak pengen aku bantuin ke Old Trafford, ngegolin bola. (#eaaaa kayak yang bisa aja).
Aku sih aslinya lebih pengen Ryan Gigs atau David Beckham atau Eric Cantona atau siapa ajalah yang bisa bikin jiwa Manchester United ada lagi. (Bukan jiwa petualang atau jiwa ksatria atau jiwa-jiwa yang tersakiti loh yaaa. Hihhi). Hanya saja sekali lagi bukan mimpi aku yang jadi kenyataan tapi ternyata mimpi Jose Mourinho yang akhirnya jadi kenyataan. Mimpi beliau untuk jadi pelatih Manchester United yang sinyalnya sudah terlihat sejak lama. Kayaknya goa tempat bertapa Mourinho lebih ajib deh.
Nonton pertandingan Manchester United sudah sejak jaman dahulu kala memang kayak naik Kicir-kicir di Dunia Fantasi (Dufan), sering sport jantung. Tapi dulu jamannya Opa Fergy, seringnya berakhir happy ending. Kayak nonton drama Korea gitu deh, udah dibikin deg-degan, gregetan tapi akhirnya bahagia. Nah kalau pelatih berikutnya tuh kayak nonton film berdasarkan kisah nyata, yang udah bikin deg-degan namun berakhir tragis.
Bagaimana dengan Jose Mourinho? Sementara dari beberapa pertandingan persahabatan hasilnya masih belum memuaskan, tapi wajar sih, kan masih baru, masih tes-tes kemampuan pemain. Tentu sambil mikir mana pemain yang kudu didepak dan siapa pemain yang bisa dibeli. Harapan aku sih, Mourinho nggak usah beli banyak pemain-pemain bintang, tapi ketauan membina pemain-pemain muda Manchester United menjadi pemain handal. Walau ini juga nggak akan didengar Mourinho, secara aku bukan pengamat bola yang nggak paham soal strategi bola. Aku hanya penikmat, yang cuma tau rasa .(#eaaaaa ngomong apaan sih?!)Â
Dan kemarin saat pertandingan Community Shield Leicester City VS Manchester United semua mata fans Manchester United menyaksikan pertandingan sambil berharap permainan Manchester United jadi kembali menarik untuk ditonton. Menurut pandangan mata aku yang udah silinder dan minus ini, Manchester United bermain lumayan agresif, serangannya tak hanya dari pinggir tapi bisa dari tengah juga. Walau kadang masih terasa gayanya Louis Van Gaal. (Gaya apa cobaaaa??!! Yang pasti bukan gaya kupu-kupu.)
Kemenangan 1-2 atas Leicester City ini membawa harapan tentunya kepada Kang Mas Mourinho. Dan aku harus mulai terbiasa melihat Mourinho di pinggir lapangan sambil ngoceh-ngoceh. Juga harus mulai terbiasa melihat dia bete-betean sama Arsene Wenger, saat Manchester United bertanding lawan Arsenal. Yang sudah barang tentu seperti manager-manager sebelumnya, aku cuma bisa menatap dari kejauhan, mereka mau ngobok-ngobok tuh pemain Manchester United jadi gado-gado apa pecel. Sambil tetep ngoceh-ngoceh nggak jelas di media sosial.Â
Akhirnya mari kita nantikan strategi Jose Mourinho di musim 2016/2017 ini. Semoga Manchester United segera bangkit dari keterpurukan. Sekian dan terima kasih untuk yang sudah rela baca tulisan nggak jelas aku ini.
_____
Menatap  Mourinho penuh harap dari jamban @KoplakYoBand
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H