Era reformasi sudah membawa perubahan bagi demokrasi Indonesia. Ketika setiap orang bebas bersuara dan menyatakan pendapat, maka demonstrasi kita lihat hampir setiap hari. Tuntutan demi tuntutan mulai yang perlu sampai yang tidak perlu. Mulai dari yang murni menuntut karena kecewa hingga yang punya kepentingan ataupun yang dibayar.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) adalah presiden yang sering menjadi sasaran demonstrasi. Bukan hanya jadi sasaran demonstrasi tapi juga sasaran topik-topik menjual untuk media-media massa. Tak mau ketinggalan SBY pun menjadi sasaran kritik bagi para narasumber termasuk para blogger.
Namun diluar apakah kinerja SBY bagus atau tidak, ada satu poin yang baik dari seorang SBY adalah beliau tidak pernah melarang orang melakukan demonstrasi terhadap dirinya, tidak menurunkan paksa spanduk yang menjelek-jelekan beliau dan juga tidak menuntut media massa atas kritik-kritiknya.
Nurdin Halid (NH) dan Abu Rizal Bakrie (ARB) mestinya belajar dari SBY. NH selama pertandingan AFF 2010 digelar tampak sekali tidak terima atas protes-protes yang dilancarkan oleh para penonton di Gelora Bung Karno (GBK). Mulai dari penurunan spanduk secara paksa sampai pengeroyokan terhadap orang yang berdemo menuntut NH turun, yang menurut orang tersebut, dia dikeroyok orang-orang suruhan NH. Kenapa seorang NH menjadi sangat arogansi melebihi presiden? Seberapa besarkah kekuasaannya, sampai istananya tidak bisa disentuh.
Lain NH lain lagi ARB, ARB sampai menuntut beberapa media massa ke Dewan Pers karena merasa nama baiknya tercemar dan merasa sudah di fitnah perihal berita tujuan Gayus ke Bali untuk bertemu ARB. Bila presiden melakukan hal seperti yang dilakukan ARB, berapa banyak tuntutan yang harus dilayangkan SBY ke Dewan Pers.
Untuk masalah demokrasi SBY perlu mengajarkan cara hidup di alam demokrasi kepada NH dan ARB. Disadari atau tidak SBY sudah membuka ruang yang luas untuk kita berdemokrasi, maka gunakanlah ruang tersebut sebaik-baiknya, semata-mata untuk kepentingan Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H