Mohon tunggu...
PRIADARSINI (DESSY)
PRIADARSINI (DESSY) Mohon Tunggu... Buruh - Karyawan Biasa

penikmat jengQ, pemerhati jamban, penggila serial Supernatural, pengagum Jensen Ackles, penyuka novel John Grisham, pecinta lagu Iwan Fals, pendukung garis keras Manchester United ....................................................................................................................... member of @KoplakYoBand

Selanjutnya

Tutup

Catatan

[Loker] Antara Pantang Menyerah dan Tak Tau Malu

23 April 2012   08:30 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:15 1833
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13351702121576298739

[caption id="attachment_183755" align="aligncenter" width="330" caption="Bursa Kerja (Gambar diambil dari: http://www.lensaindonesia.com/2012/01/24/mudahkan-pencari-kerja-kemenakertras-rangkul-kampus-dan-buka-bursa-layanan.html)"][/caption]

Saat lulus kuliah dengan IPK yang pas-pasan, saya tergolong orang yang nekat dalam melamar pekerjaan. Walaupun IPK nggak sesuai dengan syarat yang ditetapkan, saya tetap nekat mengirimkan lamaran pekerjaan. Belum lagi bahasa Inggris pas-pasan, hanya pasif, itupun nggak mahir. Apalagi bahasa Mandarin, tambah burem, nggak ngerti sama sekali.

Lulus di akhir tahun 2001 dengan ngos-ngosan, karena sudah diuber waktu, secara sudah berkarat di kampus selama 6 tahun. Pasti banyak yang bertanya-tanya, kok lulusnya lama tapi IPK tetap pas-pasan. Yah itu karena saya terlalu hobi berorganisasi dan sok ngambil materi skripsi teori baru, yang referensinya masih minim, akhirnya skripsi diselesaikan selama 1,5 tahun (alesan sih.. hihihi..). Nah dengan semua itu, apa coba yang bisa saya andalkan dalam mencari pekerjaan. Sambil tertegun ngelihat CV atau dalam bahasa kerennya Daftar Riwayat Hidup. IPK minim, bahasa Inggris payah dan bahasa Mandarin buta, jadi ... ??!! Akhirnya saya berpikir, kenapa tidak saya masukan pengalaman organisasi saya yang segambreng dengan berbagai sertifikat ini itu. Saya pernah ikut dalam organisasi Majalah Kampus, ikut GMNI, pernah ikut organisasi Himpunan Mahasiswa Jurusan, senat, ikut dalam tim pengawas PEMILU 1999 dan ikut berbagai kepanitiaan mulai dari yang lokal sampai interlokal (baca: nasional). Belum lagi saya sering mengikuti berbagai pelatihan, diantaranya pelatihan kepemimpinan, pengkaderan, software dan lain-lain. Plus hobi ikut seminar dari tingkat kampus sampai tingkat nasional. Pasti pada mikir, nih orang kapan kuliahnya. Yah saya kuliah sih kalau sempat saja (Jangan dicontoh adegan ini, tanpa berlatih secara profesional. hihihi..). Dan CV saya pun berhasil mencapai 5 halaman dengan berbagai pengalaman organisasi yang segambreng itu. Kemudian saya dengan gembling, melamar di berbagai perusahaan yang walaupun saya tak memenuhi persyaratan. Juga tak segan-segan untuk melamar pekerjaan yang syaratnya untuk semua jurusan dan mencoba tanpa malu-malu untuk datang ke kantor yang membuka "walk in interview". Pokoknya apa saja dicoba deh, demi dapat kerja. Lalu apa hasilnya? Perusahaan Sensor Keamanan, Panci dan sejenisnya. Ini biasanya perusahaan yang di iklan lowongannya kurang lebih, Dibutuhkan Manager dan Supervisor untuk S1 semua jurusan, suka tantangan dengan gaji yang menjanjikan. Biasanya alamatnya PO BOX atau walk in interview. Saya pikir kalau perusahaan di daerah segitiga emas Jakarta, pasti menjanjikan. Jadi saya walk in interview di salah satu gedung di Kuningan. Sampai disana, ternyata harus jualan sensor keamanan. Dan setiap orang langsung disodorin daerah jajahan untuk menawarkan produk tersebut. Haduuuuh, karena merasa tak sanggup, saya pun lari tunggang langgang (lebay..). Belum lagi pernah juga kejebak di perusahaan panci dan blender, terus di paksa langsung praktek. Dan saya langsung, bawa kembali CV saya tanpa basa-basi. Dalam hati cuma bilang sambil gondok, terima kasih anda berhasil menjebak saya (lalu pulang dengan muka kuyu..). Bursa Saham dan Bursa Berjangka. Saya seperti nggak kapok-kapok selalu kesandung di batu yang sama, entah karena memang pada dasarnya kurang pinter (baca: o'on) atau memang mudah ketipu. Berkali-kali ke berbagai perusahaan financial di bilangan segitiga emas. Saya pun pernah sekali ikut training Bursa Saham dan sekali training Bursa Berjangka. Menggiurkan memang, tapi masalahnya, duitnya siapa yang mau dimainkan di bursa. Pernah sampai saya bela-belain walau lagi banjir parah (waktu itu tahun 2002, saat Jakarta jadi lautan banjir), dari satu angkot kemudian mogok dan nunggu angkot lagi nggak ada yang bisa menerjang banjir. Lalu nunggu taksi, nggak ada satupun taksi yang representatif yang mau menerjang banjir, akhirnya saya naik taksi abal-abal dengan argo kuda (andai ada kuda beneran, ketauan naik kuda aja deh.. hahaha). Jadwal interview jam 9, saya sampai dengan kuyu bin lecek jam 11, padahal dari rumah jam 7. Saya sudah pasrah bakal di usir, eh ternyata diterima dengan ramah. Dan begitu tau itu bursa berjangka, saya langsung lemes. Mau nangis saja sudah nggak ada tenaga. Pasrah terima nasib. Perusahaan Penyalur Tenaga Kerja. Kalau untuk yang satu ini, sering didapat dari iklan lowongan, yang membutuhkan hampir semua jabatan diberbagai bidang. Tapi ada juga yang khusus menyalurkan tenaga kerja untuk perbankan atau yang khusus menyuplai tenaga kerja untuk di sebuah kawasan industri. Kalau yang khusus seperti itu biasanya didapat dari pameran bursa kerja, yang tentu perlu keluar uang lagi untuk tiket masuknya. Saya pernah ikut perusahaan penyalur tenaga kerja ini, dan disuruh bayar pendaftaran. Kemudian kalau kita keterima kerja di salah satu perusahaan yang bekerjasama dengan dia, maka gaji pertama dipotong 40%. Ada lagi yang tanpa uang pendaftaran, tapi gaji di potong selama tiga bulan pertama atau bahkan ada yang setahun pertama. Kadang saya bersyukur tak pernah diterima dalam perusahaan-perusahaan yang diberikan oleh penyalur tenaga kerja ini. Lalu jadi putus asa? Tentu tidak. Tetap usaha mengumpulkan remah-remah kekuatan untuk menebalkan muka. Panggilan dari Perusahaan-perusahaan Bonafide. Rasa percaya diri yang berlebihan itu, atau lebih tepatnya rasa tak tahu malu itu, menghantarkan saya juga untuk di panggil di perusahaan-perusahaan bonafide dan sudah punya nama besar. Beberapa diantaranya pengalaman saya tes di TV7, Nutrifood, Pandu Logistic, Bank Standard Chartered, Hoka-hoka Bento dan lain-lain. Yang paling melelahkan tes di TV7. Saat itu TV7 masih dalam grup Kompas-Gramedia, saya tes di Gedung Kompas-Gramedia, seharian penuh. Sungguh tes yang melelahkan. Saya melamar untuk menjadi reporter, padahal tak sesuai dengan jurusan saya saat kuliah. Saya nggak tau pertimbangan TV7 memanggil saya saat itu. Tes akademis dan psikotes, sudah biasa dan saya lahap dengan mudah. Lalu tes pengetahuan umum,  ini tak lebih dari tes berita di koran. Kalau nggak salah ingat, ada dua soal yang nggak bisa saya jawab, yaitu kapan hari ulang tahun Taufik Kiemas dan siapa lawan Susi Susanti di Final Olympiade 1992. Baca soal itu bukannya saya jawab, malah saya senyum-senyum bayangin yang bikin soal, kok bisa dapat ide bikin soal kayak gitu. (hihihi..) Terus tes melaporkan suatu kejadian dilapangan di depan kamera, dengan tema yang sudah ditentukan. Kemudian saat tes bahasa Inggris, saya mulai mules. Saat disuruh translit isi berita berbahasa Inggris ke bahasa Indonesia, saya masih percaya diri. Tapi begitu disuruh translit berita koran Kompas ke bahasa Inggris, saya pun mulai cenat cenut. (hehehe..). Dan bisa ditebak, saya tidak dipanggil lagi untuk interview. Kalau diperusahaan-perusahaan besar lainnya hampir sama, lolos semua tes akademis dan tes psikotes, tapi sesudah di interview tak ada kabar berita lagi. Yang ada hanya surat putus cinta eh surat pemberitahuan bahwa tidak lulus tes. Nggak tau kenapa selalu gagal interview, apa karena saya terlalu jujur dan polos, atau karena penampilan saya yang saat itu masih tomboy belum bisa dandan dan agak lecek. Nggak ngerti deh dan juga nggak pengen ngerti. Sampai akhirnya setelah 5 bulan jadi pengangguran, saya diterima kerja yang lumayan sesuai dengan kemampuan saya, walau gajinya masih memprihatinkan. Berhubung nggak ada pilihan, belum punya pengalaman dan yang paling utama saya suka dengan suasana kerjanya dan teman-temannya membuat saya betah kerja disana selama 6 tahun. Tapi sayang lama-lama suasananya semakin tak nyaman dan saya pun resign. Sekarang saya percaya bahwa yang saya dapatkan sekarang tak lebih dari hasil usaha pantang menyerah dan tak tau malu yang sudah saya lakukan dulu. Memang tak ada usaha yang sia-sia, namun akan menjadi sia-sia kalau baca tulisan ini sampai ketiduran. (Hihihi..) Selamat bekerja.. ___ Powered by @KoplakYoBand

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun