Ternyata sudah lama juga aku punya akun Kompasiana, hari ini tepat 9 tahun yang lalu, mulai memberanikan diri registrasi. Waktu itu Kompasiana menjadi pelopor situs yang menampung siapa saja yang mau nge-blog. Kalau YouTube berisi orang-orang yang ingin berbagi video, sedang Kompasiana berisi orang-orang yang ingin berbagi cerita.
Perkenalan aku dengan Kompasiana, dimulai dari banyaknya link-link Kompasiana bertebaran di Twitter, mulai sering baca, dan ternyata daripada artikelnya hal yang paling seru itu di kolom komentarnya. Banyak komen lucu, banyak juga komen rusuh.
Karena aku tidak piawai dalam hal mengarang, beropini ataupun mereportase, jadi 90% tulisan aku di Kompasiana ini isinya bercerita. Bercerita tentang apa aja. Tentang aku, kamu, dia atau tentang bekas pacarnya. Eaaaaa.Â
Yah lumayanlah, dengan tulisan ala kadarnya dan selama 9 tahun baru 289 artikel, beberapa kali masuk Headlines (HL), beberapa kali masuk Pilihan, pernah menang lomba, pernah masuk Freez, pernah masuk Kompasdotcom, pernah diundang ke Istana.
Dan keakraban itu berlanjut pada keinginan bertemu di dunia nyata. Mulai gemar menghadiri banyak kopdar Kompasianer. Sampai akhirnya ikutan komunitas Koplak Yo Band (ini komunitas apa bukan ya?). Ketemu sama banyak publik figur di acara-acara Kompasiana. Dan selanjutnya bertemu di Whatsapp Group.
Seiring dengan banyaknya perubahan di Kompasiana, mulai dari dashboard hilang, kemudian peremajaan sistem, yang jadinya bukan remaja, malah tambah lemot. Satu per satu sahabat pergi. Para perusuh di kolom komen sudah tak bergairah, karena untuk login di Kompasiana aja sulit, gimana mau komen. Efeknya gairah menulis menurun, karena sudah nggak ada komentator.Â
Tak cuma itu, Kompasianival yang merupakan ajang kumpul-kumpul akbar Kompasiana, semakin tahun, semakin sepi peminat, semakin lesu. Acara tanpa gairah itu, seperti dipaksakan tetap ada. Sedih nggak sih?!