Sulit bagi aku untuk menemukan momen membenci Wayne Rooney. Sebagai pendukung, aku memang mencintai semua pemain Manchester United (MU), baik yang masih di Klub, yang sudah pindah maupun yang sudah pensiun. Tapi pasti ada masa bencinya.
Seperti dengan David Beckham, Ruud Van Nistelrooy, Cristiano Ronaldo dan yang lainnya, pasti ada masa-masa aku benci dengan mereka. Sedang dengan Rooney, masa-masa membenci tak terjadi.
Rooney mungkin tak punya keahlian dalam teknik menggocek bola yang sangat baik, tapi dia cermin pemain yang bekerja keras. Cermin pemain totalitas. Kalau sudah di lapangan dia akan memberikan segalanya yang dia bisa. Dalam istilah seorang teman, Rooney adalah pemain yang selalu 100%.
Salutnya dia tak pernah mengeluh, tak pernah bicara negatif ke media. Dia selalu mampu membangkitkan gairah tim dan bahkan cinta penggemar MU dalam banyak wawancaranya.
Dengan cinta yang penuh gairah itu, Rooney sering menciptakan kejutan. Saat penggemar MU sudah lelah berharap, sudah jantungan, tiba-tiba dia memberikan harapan. Gol ajaib di tengah keputusasaan sering tercipta lewat kakinya yang gempal. Pada banyak masa keterpurukan dalam tim, dia sering memberikan gol yang memotivasi rekan-rekannya.
Begitulah Rooney selalu sepenuh hati untuk tim. Walau dia sudah meninggalkan MU. Tapi Rooney mengajarkan cinta yang bergairah itu dalam bentuk totalitas, kerja keras, pengorbanan dan tak egois.
Sebagai penggemar MU, Rooney adalah pemain MU, yang menginspirasi aku, bahwa bila mencintai apapun dengan sepenuh hati, maka tak ada yang sia-sia.