Membaca tulisan Mas Indra dan Mbak Dina membuat gue tergerak untuk klarifikasi (udah kayak seleb belum bahasanya?! Hihihi..). Gue nggak ngerti kenapa punya hobi typo... Tapi lumayanlah jadi kelihatan gaoool, daripada punya hobi koleksi prangko, ketauan djadoelnya. Sepertinya kebiasaan typo ini sudah mulai dimaklumi sama banyak temen gue yang baik hati dan tidak sombong. Gue punya alasan kenapa sering typo, yuk cekidot:
- Tergesa-gesa: nggak tau kenapa gue doyan banget terburu-buru, entah takut keburu dilempar gilingan Mbak Yayat atau takut tiba-tiba disamber Mas Erick atau takut diterawang Mas Alex atau takut sendal bututnya Mbak Dina melayang atau takut ketinggalan cerita wayangnya Pak AJ atau takut dikejar Mbah Tonno atau takut digombalin Babeh Helmi atau takut dienyek Mas Indra atau takut ditanya obat sinse sama Bu Seno atau takut ditinggalin Mas Joko P ke Spanyol. Nggak jelas kenapa sebabnya. Lebih baik teman-teman aja yang pilihin jawaban yang tepat untuk persoalan ini. *Lah emang pilihan ganda?!*
- Terjebak autotext: kalau pake HP sering kena autotext, kayak mau nulis "BIARIN" eh jadi "BOARD". Jauh bangeeet kan?! Terus pertanyaan selanjutnya (Mohon dicatat ya.. Pertanyaan nggak bisa diulang.. *guru mode on*), kenapa autotextnya nggak di off aja sih?! Karena walaupun sering typo, tapi autotext juga sangat membantu orang yang hobi typo kayak gue.. Lah bingung kan?! Kalau bingung silahkan tanya ke lapak sebelah.
- Design keyboard: kalau masalah keyboard, produsen HP dan produsen laptop biang keladinya, nggak tau kenapa bikin keyboard kok rapet-rapet..?! Coba kalau mesin ketik, kan keyboardnya posisinya pas buangeeet tuh. Apa kalau rapet jadi lebih singset lebih sexy ya?! Nggak ngertilah maksud produsen itu apa, mungkin biar ada komunitas typo sedunia.
- Terjadi disconnect antara jari dan otak: nah ini juga kadang yang menyebabkan typo, mungkin karena supply oksigen yang kurang ke otak atau karena laper atau karena jarinya emang lagi bete sama otak soalnya otak suka mikirin yang lain sih.
- Sok multitasking:Â akibat ingin menjalankan pepatah "sekali mengayuh dayung dua tiga pulau terlampaui", eh malah jadi "sekali ketik dua tiga typo tak terelakan". Lagi kerja, sambil nulis komen di Kompasiana, terus bales mention di Twitter, terus nanggapi Whatsapp, akhirnya typo menyebar ke segala lini.
Sebenernya paling kecewa dalam permasalahan per-typo-an ini adalah saat typo dalam bahasa Inggris, langsung merasa terhina dan jadi bahan tertawaan. Terkesan katrok. Seperti yang ditulis Mbak Dina sampe terekomendasi segala (Siap menerima sendal mushola dari Mbak Dina dengan ikhlas.. Hihihi..). Akhirnya gue jarang pake bahasa Inggris menghindari di bilang katrok bin ndeso. *Pencitraan, padahal emang nggak bisa bahasa Inggris*.. [caption id="attachment_174162" align="aligncenter" width="368" caption="Coba deh sampai terekomendasi?! "][/caption] Giliran typo bahasa Indonesia dimaklumi, apalagi typo bahasa Jawa, nggak ada yang protes. Padahal kan typo nggak ada strata nya, semua ya sama berakibat pada pergeseran makna. Gue cuma ingin membela kaum fakir typo dari para penindas.. Eaaaa.. *Berasa jadi aktifis typo* Eh ternyata gue juga nggak hanya hobi typo tapi juga suka salah baca. Suatu hari (ce' eleee suatu haree) gue chat sama Mas Alex: Mas Alex: Habis telponan sama Bojo Mbak.. Mbak e Bojoku lahiran hari ini.. Gue: Hah? Istrinya lahiran hari ini? Nggak nungguin Mas..?! Mas Alex: Bukan istri aku yang lahiran Mbak.. Tapi Mbaknya istri aku.. Gue: *baca ulang dialog Mas Alex* ooo Mbak e tooo.. Jadi pengen malu.. Hihihihi Tulisan ini hanya pencitraan yang mewakili jeritan hati seorang penggiat typo, jadi jangan diambil hati, karena kalau hati gue hilang, gawat nggak ada gantinya. Hihihi.. Salam typo.. ____ Powered by @KoplakYoBand
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H