Mohon tunggu...
Nashruddien Yusuf Riza
Nashruddien Yusuf Riza Mohon Tunggu... -

Lahir di Malang, 35 tahun yang lalu. Pernah merasakan pendidikan di Pondok Pesantren Gontor Ponorogo dan Jurusan teater ISI Jogjakarta. Sekarang aktif di forum diskusi Nggugah Roso: forum pengembangan sosial dan budaya.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kado untuk Kekasih

18 Desember 2012   09:42 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:26 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

KADO UNTUK KEKASIH*)

Muhammad kenapa bersedih

Masihkah kau disibukkan dengan pikiran-pikiran tentang ummatmu

Masihkah engkau tidak bisa melepaskan ingatanmu tentang produk-produk kebodohan yang makin menyeruak

Masihkah kau bermimpi buruk tentang pendar cahayamu yang hanya menjelma siluet di negeri yang memisahkan dirinya dari kebudayaan ketika berbicara tentang aku dan dirimu

Atau diam-diam kau merasa geli ketika mengingat jauh 15 abad yang lalu teriakanmu menyambung aku, menggema: iqro’, iqro’! bismi robbika ‘l ladzii kholaq

Tapi apa yang terjadi kebanyakan ummatmu hanya berlomba melantunkan ejaan alif ba ta tsa

Bukannya mengeja ayat-ayat yang bertaburan di alam semesta

Bahkan mungkin kau agak geram menyaksikan ummatmu memperlakukanmu

seperti penjual baju

Karena begitu banyak yang telah kau sampaikan selama ini hanya berhenti dimaknai sebatas simbol, seragam, bendera, make up atau kosmetik

Padahal engkau memimpikan tumbuhnya nilai-nilai yang nantinya melahirkan sejarah, kebudayaan, peradaban yang membawa atmosfer taqwa

Tapi bukankah mestinya engkau tak perlu merisaukan itu lagi

Bukankah kado istimewa telah ku hadiahkan untukmu

Sebuah kado perjalanan di mana ku hadiahkan kepadamu bekal untuk ummatmu kelak

Ku berikan kepadamu empat macam minuman: air putih, air susu, air arak, dan madu

Untuk sembahyang besar ummatmu dalam menempuh sejarah khilafahnya

Sebuah kado tentang kemarinhari ini dan esok dari sejarah cahaya, api dan tanah

Itulah kejadian dari azalinya

Tidak seharusnya engkau gusar

Memang pernah kukatakan: ‘aziizun ‘alaihi ma ‘anittum

Tapi bukan berarti engkau harus memikul beban ketika tugas telah kau tunaikan

Karena fain tawallau fa qul hasbiyallahu laa ilaaha illa huwa ‘alaihi takkaltu

Engkau pikir dirimu bisa mengendalikan semuannya sesuai dengan kehendakmu

Engkau lupa hanya aku yang mempunyai kehendak

Segala indzar telah engkau selesaikan

Tapi cahaya tetap milikku Muhammad

Bahkan aku sendirilah cahaya itu

Allahu nuurussamawaati wal ‘ardl

Yahdillahu linuurihi man yasya’

Innaka laa tahdi man ahbabta walaakinnallaha yahdii man yasya’

*) Oleh Nashruddien Yusuf Riza

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun