Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan tugas yang diberikan ini tepat pada waktunya.
Kami menyadari bahwa artikel ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun, selalu kami harapkan demi mencapai kesempurnaan atas artikel ini. Semoga artikel ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan artikel ini. Semoga Allah Subhanahu Wataalla senantiasa meridhoi segala usaha kita. Amin.
Manusia sudah sejak lama memanfaatkan perairan sebagai sumber makanan. Kegiatan menangkap ikan seperti memancing dan menjala sudah akrab dengan kehidupan manusia yang tinggal di sekitar lingkungan perairan. Di Indonesia sumberdaya air atau ikan sangatlah melimpah ruah akan tetapi belum dapat dimaksimalkan dengan baik banyak yang masih pemula atau biasa saja dalam membudidayakan ikan. Budidaya ikan dibagi empat prinsip berdasarkan ssistem pengelolaannya yaitu tradisional ekstensif, semi intensif, intensif dan super intensif. Disini saya akan memberikan pencerahan prinsif intensif terlebih dahulu dari bawah dahulu untuk memulai memepaatkan sumber pangan air ini nanti sedikit demi sedikit mudah mudahan dapat ditingkatkan. Budidaya masih menjadi fokus utama produksi kelautan dan perikanan Indonesia. Potensi lahan yang dimiliki masih besar dan belum dikembangkan antara lain tambak, tambak, perairan umum, persawahan dan lautan. Pada penulis memberikan cara tradisipnal atau ektensif supay produksi budidaya prikanan tidak fokus ke kelautan. Pertanyaannya apa itu budidaya ekstensif, budidaya ekstensif adalah budiaya yang dilakukan dengan alami tanpa ada penambahan pakan buatan dari kata tradisional atau ekstensif seharusnya kita mengerti apa itu tradisional.
Kolam ektensif dalam petakanya ditingkat ini,bentuk serta ukurannya kurang teratur atau tidak teratur seperti kolam terbentuk alami begitu saja. Luasnya sekitar 3 ha sampai 10 ha sepetak. Umumnya setiap petakan terdapat caren (saluran keliling) yang lebarnya 5-10 m disekeliling petakan sebelah dalam. “Di bagian tengah juga dibuat caren dari sudut ke sudut (diagonal). Kedalaman caren itu 30-50 cm lebih dalam daripada bagian lain dari dasar petakan yang disebut pelataran. Bagian pelataran hanya dapat berisi air sedalam 30-40 cm saja”. Dibeberapa tempat kata tradisional ini bisa sedikit lebih maju contohnya di Jawa Timur. Di sini, beberapa petak tambak disusun menjadi satu kesatuan, yang dapat dilihat pada tipe Porong dan Taman. Penataan pada unit dirancang agar mampu mengelola air dengan lebih baik, serta didesain agar lebih mudah dalam pengelolaannya. Jenis Porong ditemukan di Delta Sungai Brantas di Kabupaten Sidoarjo Jawa Timur. Air dari saluran ditampung di daerah aliran sungai yang lebih dalam dan lebih persegi daripada petak lainnya. Pada diagram segmentasi, hubungkan dengan diagram lain melalui sebuah gerbang.
Pada tambak tradisional pada awalnya tambak tidak dipupuk, sehingga produktivitas sepenuhnya bergantung pada pakan alami. Itu juga tergantung pada kesuburan alami. Belum ada upaya yang dilakukan untuk memberantas hama, sehingga banyak benih yang tersisa hilang / mati. Akibatnya produktivitas berkurang.
Sejak awal tahun 1970-an, baru setelah pemerintah melakukan kegiatan penyuluhan yang lebih mendalam, para petani tambak mulai mengenal teknik pemupukan dan memberikan pakan tambahan, meskipun hanya dalam bentuk dedak atau limbah pertanian lainnya. Sejak beberapa dekade tersebut, para petani tambak menjadi semakin sadar akan perlunya mereformasi metode pengelolaan tambak mereka. Terakhir, mereka mulai mengupayakan peningkatan produksi udang di tambak. Maka dimulailah tahap kolam semi intensif. Kalau untuk semi intesif lain kali saja sekarang fokus ke ektensif atau tradisional. Memang benar dalam hasil panen budidaya perikanan itu rendah atau sedikit akan tetapi penulis memberikan bahwa kita hanya memulainya dari awal tidak langsung ke semi intensif, intensif ataupun super intensif karena kita tidak tahu apakah modal kita cukup akan berhasil 99% kah tidak bukan kita tidak tahu jadi kita memulainya dari awal supaya tidak terlalu berat nanti kita naikan secara bertahap dengan teratur.
Jadi budidaya ekstensif ini adalah cara budidaya yang sangat tradisional semuanya hampir secara alamiah hanya saja kita menyediakan kolam dan beberapa hal lainya yang masih terbilang sederhana. Akan tetapi sebagai permulaan ini akan sangat baik supaya kita dapat memaksimalkan dari bawah dahulu supaya tidak ada modal yang terbuang walaupun dalam budidaya ini ada kurangnya kita dapat meminimalisir dengan sedikit demi sedikit dalam pembenihan. Dan juga walaupun tidak terlalu menguntungkan ini bermanfaat untuk pemula atau awalan saja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H